Tuesday, May 6, 2014

Makalah Peran Orangtua dalam Pendidikan Anak



Disusun oleh: Sunarya 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dewasa ini banyak sekali kemerosotan moral yang dilakukan oleh kalangan anak-anak. Angka kriminalitaspun setiap hari bertambah meningkat. Tindak kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak di musantara ini sudah tak terhitung jumlahnya. Mungkin sudah tidak asing lagi kita mendengar berita seorang anak membunuh atau memperkosa ibu kandungnya sendiri. Begitu juga pornografi, rokok dan miras melibas habis dunia anak. Berita-berita sadis tersebut setiap hari ngantri untuk tayang di stasiun di negeri pertiwi ini.
Semua itu tidak lain karena adanya suatu krisis yang sangat besar yang melanda negeri ini. Krisis yang hari ini melanda hampir setiap rumah tangga. Tidak lain dan tidak bukan krisis tersebut adalah “ krisis tarbiyah atau kurangnya peran orang tua dalam membimbing seorang anak” Krisis inilah yang menjadikan bangsa ini merosot menuju kehancuran, karena kehancuran suatu kaum dimulai dari kehancuran akhlaknya.
Telah jauh sekali umat ini dari tuntunan islam dalam mendidik anak yang merupakan generasi masa depan. Banyak para orang tua pun membiarkan putra-putrinya didik oleh budaya-budaya tabu dari barat. Untuk itu peran orang tua dalam membimbing anak dalam era globalisai ini perlu diarahkan agar bisa mengedepankan nilai-nilai islami dalam kehidupannya.
 


B.     Rumusan masalah
1.         Apa pengertian Pendidikan
2.         Mendidik seorang anak sejak Belia
3.         Menanamkan cinta pada ilmu dan ulama
4.         Memilih waktu terbaik dalam mengarahkan anak
5.         Mengenalkan komunitas yang baik kepada anak

C.    Tujuan Penulisan
1.      Agar  mengetahui pengertian dari Pendidikan
  1. Agar mengetahui tentang mendidik anak sejak belia
  2. Agar mengetahui pentingnya menananamkan cinta ilmu dan ulama kepada  anak
  3. Agar mengetahui apa saja tentang waktu yang tepat dalam mengarahkan seorang anak
  4. Agar mengetahui lingkungan yang baik untuk anak


BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Pendidikan
         Al-Ustadz Muhammad Rajaa hanafi Abdul Mutajaali mengatakan bahwa kata  pendidikan diambil dari kata roba-yarbu  yang berarti tumbuh, berkembang atau bertambah. Kata pendidikan antara lain dimaknai sebagai sampainya sesuatu ke tahap sempurna secara berangsur-angsur. [1]
1.      Menurut john Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau dalam pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja da dilembagakan  untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
2.       Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus ( abadi) dari   penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuahn, seperti termainifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia.
3.       Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk meruabah tabiat (behaviour) manusia. Yang dimaksud dengan behaviour adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang dan sesuatu yang dilakuakan oleh seseorang.
4.      Menurut M.J Langeveld. Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara seorang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau sesuatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.[2]
         Secara umum pendidikan adalah upaya membentuk orientasi individu-individu menurut norma-norma tertentu membantu mereka dalam membentuk pandangan yang benar terhadap kehidupan. Dan pendidikan itu didiringi dengan proses pembelajaran yang bisa mengkilapkan kemampuan mereka dan mengembangkan bakat dan potensi mereka di berbagai bidang.
         Sedangkan pendidikan islam berarti mengembangkan potensi dan kemampuan individu yang beragam untuk mencapai kesempurnaan akal dan jiwa. Di samping itu juga mengembangkan potensi masyarakat untuk mewujudkan perkembangan yang lebih baik dan kemajuan sosial yang lebih lengkap sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai islam.
         Di dalam islam pendidikan tidak boleh dibatasi pada upaya mendiktekan pengetahuan kepada seseorang atau memberikan keterampilan tertentu kepadanya. Sesungguhnya pendidikan memiliki tujuan yang lebih jauh dari itu. Pendidikan bertujuan untuk memperbaiki akhlak, baik dalam skala individu maupun masyarakat.Yang jelas bahwa memberikan ilmu pengetahuan empiris saja akan membuat suatu individu dan masyarakat menyimpang kepada kejahatan yang tidak berujung. Jadi, pembelajaran Ilmu pengetahuan harus diiringi dengan pendidikan moral.
         Abu hasan An-Nadawi mengutip pendapat John Dewey tentang definisi pendidikan secara umum sebagai berikut:
         “Sesungguhnya pendidikan itu tidak lain hanyalah instrumen untuk meningkatkan, memperbaiki dan mendukung ideologi yang diyakini oleh suatu bangsa atau negara, serta memperkuatnya dengan keyakinan intelektual yang didasarkan pada kepercayaan dan kebanggan, dan bila perlu mempersenjatainya dengan dalil-dalil ilmiyah, dismping menjadi instrumen yang mulia untuk melanggengkan ideologi tersebut dan mewariskannya kepada generasi demi generasi mendatang. Penafsiran yang yang terbaik bagi sistem pendidikan ialah bahwa pendidikan merupakan upaya yang intensif dan kontinyu yang dilakukan oleh para orang tua dan pendidik untuk membesarkan anak-anak mereka berdasarkan ideologi yang mereka yakini dan cara pandang mereka terhadap kehidupan dan alam semesta, dan mendidik mereka dengan pendidikan yang bisa membuat mereka layak menjadi pewaris bagi apa yang mereka warisi dari nenek moyang mereka, dengan kelayakan yang cukup untuk maju dan meluas.


B.        Mendidik seorang anak sejak Belia
Anak di sini mencakup anak lelaki dan perempuan. Hak anak sangatlah banyak, yang terpenting adalah tarbiyah (pendidikan). Yaitu mengembangkan agama dan akhlak di dalam diri mereka sehingga hal itu menjadi bagian terbesar dalam kehidupannya.
Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)[3]
كلكم راع ومسؤول عن رعيته الإمام راع و كلكم مسؤول عن رعيته والرجل راع في أهله ومسؤول عن رعيته
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia (diminta,) bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Anak merupakan amanah yang berada di pundak kedua orang tua. Pada hari kiamat, kedua orang tuanya akan diminta bertanggung jawab perihal si anak. Dengan memberikan pendidikan agama dan akhlak kepada mereka, orang tua akan terlepas dari beban tanggung-jawab tersebut. Selain itu, pendidikan juga memberikan perbaikan kepada anak sehingga anak menjadi penyejuk mata kedua orang tuanya di dunia dan di akhirat.
إذا مات العبد انقطع عنه عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له
Apabila seseorang meninggal dunia akan terputus amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat (sepeninggalnya), atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Bukhari; hadits shahih)
Ini adalah hasil didikan yang benar terhadap anak, sehingga dia menjadi orang yang bermanfaat bagi orang tuanya sepeninggal keduanya. Banyak orang tua yang meremehkan hak ini. Mereka melupakan anak-anaknya seakan-akan tidak punya rasa tanggung jawab. Mereka tidak bertanya ke mana si anak akan pergi, kapan pulang, dan siapa teman serta sahabat mereka. Mereka tidak mengarahkan anak-anaknya kepada hal yang baik dan tidak melarang mereka dari hal yang buruk.
Herannya, mereka sangat bersemangat untuk menjaga dan memperbanyak harta, sampai rela begadang pada malam hari untuk mengembangkan hartanya. Padahal biasanya mereka mengerjakan semua ini untuk kepentingan orang lain. Adapun terhadap anak-anak, mereka tidak memikirkan sedikit pun. Padahal memperhatikan anak-anaknya jauh lebih baik dan bermanfat di dunia dan akhirat.
Seorang ayah wajib untuk mencukupi kebutuhan fisik anaknya, dengan memberi makan dan minum, serta menutupi tubuh mereka dengan pakaian. Demikian pula, wajib baginya untuk mencukupi hati si anak dengan ilmu dan iman, serta membalut jiwanya dengan pakaian takwa dan yang demikian itu lebih baik.[4] Orang tua semestinya harus menjadi teman dan panutan yang baik bagi anaknya ketika seorang anak melihat orang tuanya selalu berdzikir, mengucapkan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir serta sering melakukan perbuatan-perbuatan yang baik  niscaya sang anak akan menirunya mengucapkan kalimat-kalimat tersebut. Adapun sebaliknya apabila seorang anak sering menyaksikan perkataan maupun perilaku orang tuanya yang tidak baik niscaya sang anakpun akan menirunya.

C.    Menanamkan cinta pada ilmu dan ulama
Ketika Allah swt menginginkan kebaikan pada diri seseorang, maka Allah swt akan membukakan kepada orang tersebut jalan kefakihan dalam agama. Hal ini sebagaimaa yang disabdakan Nabi saw.
            “Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka difaqihkan (dipahamkan) tentang agama.”
 Dan tak ada jalan lain dari kefakihan tersebut kecuali dengan ilmu dan para ulama. Inilah salah satu tips sukses mendidik anak shalih yaitu dengan menanamkan pada mereka cinta pada ilmu dan ulama. Ilmu disini adalah ilmu tentang agama yang hukumnya adalah fardhu ain atau wajib bagi setiap Muslim. Tidak jadi masalah misalnya orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah atau universitas umum. Namun, harus ditanamkan sejak dini cinta pada ilmu agama dan para pembawanya. Termasuk didalamnya adalah dai-dai sunnah yang menyebarkan warisan para Nabi tersebut. Anak harus dibiasakan menghadiri ta’lim atau kajian di setiap kali waktu luangnya.
Tidak ada salahnya mengajak anak hadir dalam kajian demi mengenalkan dia pada ilmu dan ahlinya. Namun harus diperhatikan hendaknya tetap menjaga ketenangan dan kekonsentrasian, jangan sampai jadwal mencari ilmu sia-sia gara-gara sibuk mengurus anak di tempat kajian.
Ilmu yang harus ditanamkan adalah ilmu tentang Alloh Swt dan rosul-Nya. Kemudian mengakrabkan dengan Al-Qur’an yang merupakan induk dari segala ilmu dalam syari’ah. Ada beberapa tips yang bisa diterapkan agar anak akrab dengan al-Qur’an:
1.      Kenalkan Al-Qur’an kepada anak dengan cara membuka dan membaca di dekat dia.
2.      Mengajari anak huruf-huruf hijaiyah serta menuntunnya ketika melafadzkannya.
3.      Ajarkan Al-Qur’an dengan cara yang disukai anak. Misalnya melalui DVD atau mendengarkan rekaman murottal anak-anak. Alhamdulillah, saat ini telah tersedia banyak cara untuk menjadikan anak kita pandai membaca Al-Qur’an kepada anak menjelang tidur atau waktu luang lainnya. Hal ini membentuk karakteristik perjuangan anak tersebut ketika dewasa.
4.      Ceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an kepada anak mejelang tidur atau waktu luang lainnya. Hal ini akan dapat membentuk karakteristik perjuangan anak tersebut ketika dewasa.
5.      Ajarkan doa-doa yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan cara menuntunnya secara berulang-ulang.

D.    Memilih waktu terbaik dalam mengarahkan anak
Orang tua hendaklah memilih waktu yang tepat untuk mengarahkan anak . hal tersebut berpengaruh pada respon yang ditunjukkan anak . Memilih waktu yang tepat memudahkan orang tua dalam menanamkan pendidikan pada anak-anaknya. Pada waktu yang tepat di mana kondisi anak tenang dan ceria maka hal tersebut membuat anak siap diarahkan. Begitu jiwa anak tidak merasa keberatan saat menerima pengarahan, tujuan yang ingin dicapai orangtua pun akhirnya terealisasi dengan baik. Dalam mendidik seorang anak waktu bersama orang tua adalah sebuah kado terbesar yang dibutuhkan oleh semua anak. Dalam mendidik anak orang tua harus menyediakan waktu khusus terutama seorang Ibu. Tidak lain seorang ibu adalah madrosah pertama bagi anak-anaknya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman , realitanya orang tua sekarang lebih menyibukkan diri dalam pekerjaannya. Ketika Seorang Ayah dan ibu kedua-duanya bekerja maka anak akan merasakan kehilangan perhatian dan rasa kasih sayangnya dari orang tuanya.
Sesibuk apapun seorang ibu haruslah menyediakan waktu untuk anaknya. Meluangkan waktu untuk bercanda berdua, meminangnya denganj kasih sayang serta mendekap dan menciumnya dengan lautan cinta dan kemesraan. Nuansa tersebut haruslah dihadirkan setiap saat oleh sang ibu pada anaknya. Karena hal inilah yang akan mengokohkan tali kasih seorang anak pada ibunya.
E.     Mengenalkan komunitas yang baik kepada anak
Mengenalkan anak pada komunitas yang baik sangat penting sekali untuk mendidik karakter anak.  Anak akan terbiasa dari kecil hidup dalam atmosfer yang baik. Jika suatu hari nanti ia berada di komunitas yang tidak islami, hati nuraninya akan memanggil dia untuk kembali pada atmosfer yang bersih tersebut. Karena itu ibarat tanah kelahiran dia dan di situlah ia tumbuh dan dibesarkan.
Salah satu cara mengenalkan anak pada komunitas yang baik adalah dengan mengajak anak hadir pada kajian keislaman. Secara tidak langsung anak akan belajar dari orang tuanya duduk mendengarkan ceramah agama. Begitu juga dia akan belajar tidak ikhtilat dari ibunya yang duduk terpisah dari tempat laki-laki, dan akan terbiasa melihat suasana islami yang belum tentu didapatkan di lingkungan rumah atau di masyarakat. Orang tua wajib menganjurkan anak-anaknya memilih dekat dan bergaul dengan teman yang akhlaknya baik serta menerangkan manfaat di dunia dan akhirat yang bisa anak dapatkan bila berteman dengan mereka. Sebaliknya, orang tua harus menerangkan akibat buruk jika berteman dengan anak-anak yang akhlaknya jelek. Orang tua harus menjelaskan sabda Nabi saw.
“ Sesungguhnya permisalan teman duduk yang sholih dengan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual parfum dengan pandai besi. Keuntungan penjual parfum, bisa jadi dia akan menghadiahkannya kepadamu, atau kamu bisa membelinya, atau setidaknya kamu akan merasakan/mencium bau harum darinya, sedangkan yang kamu dapatkan dari seorang pandai besi, bisa jadi akan membakar bajumu atau kamu mencium bau tidak sedap.” (HR. Al- Bukhori dan muslim)
Orang tua pun wajib mengawasi keadaan anak dan menanyakan siapa teman-temannya. Sebab teman jelek mendorong kemungkaran dan kerusakan serta dosa. Sedangkan anak pada umumnya akan mengikuti temannya tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Teman-teman buruknya akan menyretnya mengikuti nafsu dan syahwatnya. Anjurkanlah anak-anak agar menghormati teman-temannya. “Wahai anakku, janganlah kamu berteman dengan anak yang suka memutuskan hubungan silaturrohim karena Nabi saw. Bersabda:
“Sesungguhnya surga tidak akan dimasuki oleh orang yang memutus hubungan silaturrohim.”( HR. Al-Bukhori dan muslim)
Katakanlah kepada anak anda, janganlah kamu bergaul dengan anak yang durhaka pada kedua orang tua karena durhaka pada orang tua termasuk dosa besar, debagaimana sabda nabi saw:
“ Dosa besar itu adalah syirik kepada Alloh swt., durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa seseorang, dan sumpah palsu.” (HR. Al-Bukhori)
Katakanlah pada anak anda, janganlah kamu bergaul dengan anak yang suka merokok dan madat ( ganja dan sejenisnya). Terangkanlah bahaya rokok dan ganja berikut hukumannya baik di dunia maupun di akhirat. Katakanlah pada anak, “Wahai anakku, janganlah kamu bergaul dengan anak-anak yang suka berdusta dan menggunjing orang lain.”[5]



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
            Secara umum pendidikan adalah upaya membentuk orientasi individu-individu menurut norma-norma tertentu membantu mereka dalam membentuk pandangan yang benar terhadap kehidupan. Dan pendidikan itu didiringi dengan proses pembelajaran yang bisa mengkilapkan kemampuan mereka dan mengembangkan bakat dan potensi mereka di berbagai bidang.
Orang tua Mempunyai  peran yang besar dalam membentuk karakter seorang anak karena di lingkungan keluargalah awal mula anak belajar berperilaku baik perkataan maupun perbauatannya. Berikanlah pendidikan yang baik kepada anak dari sejak belia karena di masa belia sang anak akan mudah untuk di bentuk dan diarahkan. Tanamkanlah pada diri seorang anak untuk selalu mengutamakan ilmu akhirat agar anak selamat dan sukses di dunia dan akhirat. Mengenalkan anak pada komunitas yang baik sangat penting sekali untuk mendidik karakter anak.  Anak akan terbiasa dari kecil hidup dalam atmosfer yang baik. Jika suatu hari nanti ia berada di komunitas yang tidak islami, hati nuraninya akan memanggil dia untuk kembali pada atmosfer yang bersih tersebut. Karena itu ibarat tanah kelahiran dia dan di situlah ia tumbuh dan dibesarkan.




[1] Syaikh Ahmad Farid, Pendidikan bebasis metode Ahlus sunnah, surabaya: Pustaka elba, 2011.hlm : 15
[2]  H. A. Yunus, Drs., S.H., Filsafat Pendidikan, Bandung: CV. Citra Sarana Grafika. 1999.  hlm. 7-9
[3] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya.Bandung: CV.  Penerbit Diponegoro.2006

[4] Muslim.or.id, Didik anak sejak belia http//Muslim.or.id”, diakses ( 20 maret 2014 )
[5] LBKI, Pendidikan Islami anak, Bogor: LBKI, hlm. 22

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
- See more at: http://tutorial89.blogspot.com/2014/08/cara-mudah-membuat-tombol-share-di.html#sthash.naEXoN8D.dpuf