BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dewasa ini banyak sekali kemerosotan moral yang dilakukan oleh
kalangan anak-anak. Angka kriminalitaspun setiap hari bertambah meningkat.
Tindak kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak di musantara ini sudah tak
terhitung jumlahnya. Mungkin sudah tidak asing lagi kita mendengar berita
seorang anak membunuh atau memperkosa ibu kandungnya sendiri. Begitu juga
pornografi, rokok dan miras melibas habis dunia anak. Berita-berita sadis
tersebut setiap hari ngantri untuk tayang di stasiun di negeri pertiwi ini.
Semua itu tidak lain karena adanya suatu krisis yang sangat besar
yang melanda negeri ini. Krisis yang hari ini melanda hampir setiap rumah
tangga. Tidak lain dan tidak bukan krisis tersebut adalah “ krisis tarbiyah
atau kurangnya peran orang tua dalam membimbing seorang anak” Krisis inilah
yang menjadikan bangsa ini merosot menuju kehancuran, karena kehancuran suatu
kaum dimulai dari kehancuran akhlaknya.
Telah jauh sekali umat ini dari tuntunan islam dalam
mendidik anak yang merupakan generasi masa depan. Banyak para orang tua pun
membiarkan putra-putrinya didik oleh budaya-budaya tabu dari barat. Untuk itu
peran orang tua dalam membimbing anak dalam era globalisai ini perlu diarahkan
agar bisa mengedepankan nilai-nilai islami dalam kehidupannya.
B.
Rumusan
masalah
1.
Apa pengertian Pendidikan
2.
Mendidik seorang anak sejak Belia
3.
Menanamkan cinta pada ilmu dan ulama
4.
Memilih waktu terbaik dalam mengarahkan anak
5.
Mengenalkan komunitas yang baik kepada anak
C.
Tujuan Penulisan
1. Agar
mengetahui pengertian dari Pendidikan
- Agar mengetahui tentang mendidik anak sejak belia
- Agar mengetahui pentingnya menananamkan cinta ilmu dan ulama kepada anak
- Agar mengetahui apa saja tentang waktu yang tepat dalam mengarahkan seorang anak
- Agar mengetahui lingkungan yang baik untuk anak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan
Al-Ustadz
Muhammad Rajaa hanafi Abdul Mutajaali mengatakan bahwa kata pendidikan diambil dari kata roba-yarbu yang berarti tumbuh, berkembang atau
bertambah. Kata pendidikan antara lain dimaknai sebagai sampainya sesuatu ke
tahap sempurna secara berangsur-angsur. [1]
1.
Menurut
john Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal
ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau dalam pergaulan orang
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja da
dilembagakan untuk menghasilkan
kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari
orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
2.
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang
terus menerus ( abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuahn, seperti termainifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia.
3.
Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidikan
adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk meruabah tabiat (behaviour) manusia. Yang dimaksud dengan
behaviour adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang dan sesuatu yang
dilakuakan oleh seseorang.
4.
Menurut M.J Langeveld. Pendidikan
adalah setiap pergaulan yang terjadi antara seorang dewasa dengan anak-anak
merupakan lapangan atau sesuatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.[2]
Secara umum
pendidikan adalah upaya membentuk orientasi individu-individu menurut
norma-norma tertentu membantu mereka dalam membentuk pandangan yang benar
terhadap kehidupan. Dan pendidikan itu didiringi dengan proses pembelajaran
yang bisa mengkilapkan kemampuan mereka dan mengembangkan bakat dan potensi
mereka di berbagai bidang.
Sedangkan
pendidikan islam berarti mengembangkan potensi dan kemampuan individu yang
beragam untuk mencapai kesempurnaan akal dan jiwa. Di samping itu juga
mengembangkan potensi masyarakat untuk mewujudkan perkembangan yang lebih baik
dan kemajuan sosial yang lebih lengkap sesuai dengan prinsip-prinsip dan
nilai-nilai islam.
Di dalam
islam pendidikan tidak boleh dibatasi pada upaya mendiktekan pengetahuan kepada
seseorang atau memberikan keterampilan tertentu kepadanya. Sesungguhnya
pendidikan memiliki tujuan yang lebih jauh dari itu. Pendidikan bertujuan untuk
memperbaiki akhlak, baik dalam skala individu maupun masyarakat.Yang jelas
bahwa memberikan ilmu pengetahuan empiris
saja akan membuat suatu individu dan masyarakat menyimpang kepada kejahatan
yang tidak berujung. Jadi, pembelajaran Ilmu pengetahuan harus diiringi dengan
pendidikan moral.
Abu hasan
An-Nadawi mengutip pendapat John Dewey tentang definisi pendidikan secara umum
sebagai berikut:
“Sesungguhnya
pendidikan itu tidak lain hanyalah instrumen untuk meningkatkan, memperbaiki
dan mendukung ideologi yang diyakini oleh suatu bangsa atau negara, serta
memperkuatnya dengan keyakinan intelektual yang didasarkan pada kepercayaan dan
kebanggan, dan bila perlu mempersenjatainya dengan dalil-dalil ilmiyah,
dismping menjadi instrumen yang mulia untuk melanggengkan ideologi tersebut dan
mewariskannya kepada generasi demi generasi mendatang. Penafsiran yang yang
terbaik bagi sistem pendidikan ialah bahwa pendidikan merupakan upaya yang
intensif dan kontinyu yang dilakukan oleh para orang tua dan pendidik untuk
membesarkan anak-anak mereka berdasarkan ideologi yang mereka yakini dan cara
pandang mereka terhadap kehidupan dan alam semesta, dan mendidik mereka dengan
pendidikan yang bisa membuat mereka layak menjadi pewaris bagi apa yang mereka
warisi dari nenek moyang mereka, dengan kelayakan yang cukup untuk maju dan
meluas.
B.
Mendidik
seorang anak sejak Belia
Anak di sini mencakup anak lelaki
dan perempuan. Hak anak sangatlah banyak, yang terpenting adalah tarbiyah
(pendidikan). Yaitu mengembangkan agama dan akhlak di dalam diri mereka
sehingga hal itu menjadi bagian terbesar dalam kehidupannya.
Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)[3]
كلكم راع ومسؤول عن رعيته الإمام راع
و كلكم مسؤول عن رعيته والرجل راع في أهله ومسؤول عن رعيته
“Setiap kalian adalah pemimpin
dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang lelaki adalah pemimpin
dalam keluarganya, dan dia (diminta,) bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Anak merupakan amanah yang berada di
pundak kedua orang tua. Pada hari kiamat, kedua orang tuanya akan diminta
bertanggung jawab perihal si anak. Dengan memberikan pendidikan agama dan
akhlak kepada mereka, orang tua akan terlepas dari beban tanggung-jawab tersebut.
Selain itu, pendidikan juga memberikan perbaikan kepada anak sehingga anak
menjadi penyejuk mata kedua orang tuanya di dunia dan di akhirat.
إذا مات العبد انقطع عنه عمله إلا من
ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له
“Apabila seseorang meninggal
dunia akan terputus amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat (sepeninggalnya), atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR.
Bukhari; hadits shahih)
Ini adalah hasil didikan yang benar
terhadap anak, sehingga dia menjadi orang yang bermanfaat bagi orang tuanya
sepeninggal keduanya. Banyak orang tua yang meremehkan hak ini. Mereka
melupakan anak-anaknya seakan-akan tidak punya rasa tanggung jawab. Mereka
tidak bertanya ke mana si anak akan pergi, kapan pulang, dan siapa
teman serta sahabat mereka. Mereka tidak mengarahkan anak-anaknya kepada hal
yang baik dan tidak melarang mereka dari hal yang buruk.
Herannya, mereka sangat bersemangat
untuk menjaga dan memperbanyak harta, sampai rela begadang pada malam hari
untuk mengembangkan hartanya. Padahal biasanya mereka mengerjakan semua ini
untuk kepentingan orang lain. Adapun terhadap anak-anak, mereka tidak
memikirkan sedikit pun. Padahal memperhatikan anak-anaknya jauh lebih baik dan
bermanfat di dunia dan akhirat.
Seorang ayah
wajib untuk mencukupi kebutuhan fisik anaknya, dengan memberi makan dan minum,
serta menutupi tubuh mereka dengan pakaian. Demikian pula, wajib baginya untuk
mencukupi hati si anak dengan ilmu dan iman, serta membalut jiwanya dengan
pakaian takwa dan yang demikian itu lebih baik.[4] Orang
tua semestinya harus menjadi teman dan panutan yang baik bagi anaknya ketika
seorang anak melihat orang tuanya selalu berdzikir, mengucapkan tahlil, tahmid,
tasbih, dan takbir serta sering melakukan perbuatan-perbuatan yang baik niscaya sang anak akan menirunya mengucapkan
kalimat-kalimat tersebut. Adapun sebaliknya apabila seorang anak sering
menyaksikan perkataan maupun perilaku orang tuanya yang tidak baik niscaya sang
anakpun akan menirunya.
C.
Menanamkan
cinta pada ilmu dan ulama
Ketika Allah swt menginginkan kebaikan pada diri seseorang,
maka Allah swt akan membukakan kepada orang tersebut jalan kefakihan dalam
agama. Hal ini sebagaimaa yang disabdakan Nabi saw.
“Barang
siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka difaqihkan (dipahamkan) tentang
agama.”
Dan tak ada jalan lain dari kefakihan tersebut
kecuali dengan ilmu dan para ulama. Inilah salah satu tips sukses mendidik anak
shalih yaitu dengan menanamkan pada mereka cinta pada ilmu dan ulama. Ilmu
disini adalah ilmu tentang agama yang hukumnya adalah fardhu ain atau wajib
bagi setiap Muslim. Tidak jadi masalah misalnya orang tua menyekolahkan anaknya
di sekolah atau universitas umum. Namun, harus ditanamkan sejak dini cinta pada
ilmu agama dan para pembawanya. Termasuk didalamnya adalah dai-dai sunnah yang
menyebarkan warisan para Nabi tersebut. Anak harus dibiasakan menghadiri ta’lim
atau kajian di setiap kali waktu luangnya.
Tidak ada salahnya mengajak anak
hadir dalam kajian demi mengenalkan dia pada ilmu dan ahlinya. Namun harus
diperhatikan hendaknya tetap menjaga ketenangan dan kekonsentrasian, jangan
sampai jadwal mencari ilmu sia-sia gara-gara sibuk mengurus anak di tempat
kajian.
Ilmu yang harus ditanamkan adalah
ilmu tentang Alloh Swt dan rosul-Nya. Kemudian mengakrabkan dengan Al-Qur’an
yang merupakan induk dari segala ilmu dalam syari’ah. Ada beberapa tips yang
bisa diterapkan agar anak akrab dengan al-Qur’an:
1. Kenalkan
Al-Qur’an kepada anak dengan cara membuka dan membaca di dekat dia.
2. Mengajari anak huruf-huruf
hijaiyah serta menuntunnya ketika melafadzkannya.
3. Ajarkan
Al-Qur’an dengan cara yang disukai anak. Misalnya melalui DVD atau mendengarkan
rekaman murottal anak-anak. Alhamdulillah, saat ini telah tersedia banyak cara
untuk menjadikan anak kita pandai membaca Al-Qur’an kepada anak menjelang tidur
atau waktu luang lainnya. Hal ini membentuk karakteristik perjuangan anak
tersebut ketika dewasa.
4. Ceritakan
kisah-kisah dalam Al-Qur’an kepada anak mejelang tidur atau waktu luang
lainnya. Hal ini akan dapat membentuk karakteristik perjuangan anak tersebut
ketika dewasa.
5. Ajarkan doa-doa
yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan cara menuntunnya secara berulang-ulang.
D.
Memilih waktu
terbaik dalam mengarahkan anak
Orang tua hendaklah memilih waktu
yang tepat untuk mengarahkan anak . hal tersebut berpengaruh pada respon yang
ditunjukkan anak . Memilih waktu yang tepat memudahkan orang tua dalam
menanamkan pendidikan pada anak-anaknya. Pada waktu yang tepat di mana kondisi
anak tenang dan ceria maka hal tersebut membuat anak siap diarahkan. Begitu
jiwa anak tidak merasa keberatan saat menerima pengarahan, tujuan yang ingin
dicapai orangtua pun akhirnya terealisasi dengan baik. Dalam mendidik seorang
anak waktu bersama orang tua adalah sebuah kado terbesar yang dibutuhkan oleh
semua anak. Dalam mendidik anak orang tua harus menyediakan waktu khusus
terutama seorang Ibu. Tidak lain seorang ibu adalah madrosah pertama bagi anak-anaknya. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman , realitanya orang tua sekarang lebih menyibukkan diri dalam
pekerjaannya. Ketika Seorang Ayah dan ibu kedua-duanya bekerja maka anak akan
merasakan kehilangan perhatian dan rasa kasih sayangnya dari orang tuanya.
Sesibuk apapun seorang ibu haruslah
menyediakan waktu untuk anaknya. Meluangkan waktu untuk bercanda berdua,
meminangnya denganj kasih sayang serta mendekap dan menciumnya dengan lautan
cinta dan kemesraan. Nuansa tersebut haruslah dihadirkan setiap saat oleh sang
ibu pada anaknya. Karena hal inilah yang akan mengokohkan tali kasih seorang
anak pada ibunya.
E.
Mengenalkan
komunitas yang baik kepada anak
Mengenalkan anak pada komunitas yang
baik sangat penting sekali untuk mendidik karakter anak. Anak akan terbiasa dari kecil hidup dalam
atmosfer yang baik. Jika suatu hari nanti ia berada di komunitas yang tidak
islami, hati nuraninya akan memanggil dia untuk kembali pada atmosfer yang
bersih tersebut. Karena itu ibarat tanah kelahiran dia dan di situlah ia tumbuh
dan dibesarkan.
Salah satu cara mengenalkan anak
pada komunitas yang baik adalah dengan mengajak anak hadir pada kajian
keislaman. Secara tidak langsung anak akan belajar dari orang tuanya duduk
mendengarkan ceramah agama. Begitu juga dia akan belajar tidak ikhtilat dari ibunya yang duduk terpisah
dari tempat laki-laki, dan akan terbiasa melihat suasana islami yang belum
tentu didapatkan di lingkungan rumah atau di masyarakat. Orang tua wajib
menganjurkan anak-anaknya memilih dekat dan bergaul dengan teman yang akhlaknya
baik serta menerangkan manfaat di dunia dan akhirat yang bisa anak dapatkan
bila berteman dengan mereka. Sebaliknya, orang tua harus menerangkan akibat
buruk jika berteman dengan anak-anak yang akhlaknya jelek. Orang tua harus
menjelaskan sabda Nabi saw.
“ Sesungguhnya permisalan teman
duduk yang sholih dengan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual parfum
dengan pandai besi. Keuntungan penjual parfum, bisa jadi dia akan
menghadiahkannya kepadamu, atau kamu bisa membelinya, atau setidaknya kamu akan
merasakan/mencium bau harum darinya, sedangkan yang kamu dapatkan dari seorang
pandai besi, bisa jadi akan membakar bajumu atau kamu mencium bau tidak sedap.”
(HR. Al- Bukhori dan muslim)
Orang tua pun wajib mengawasi
keadaan anak dan menanyakan siapa teman-temannya. Sebab teman jelek mendorong
kemungkaran dan kerusakan serta dosa. Sedangkan anak pada umumnya akan
mengikuti temannya tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Teman-teman
buruknya akan menyretnya mengikuti nafsu dan syahwatnya. Anjurkanlah anak-anak agar
menghormati teman-temannya. “Wahai anakku, janganlah kamu berteman dengan anak
yang suka memutuskan hubungan silaturrohim karena Nabi saw. Bersabda:
“Sesungguhnya surga tidak akan
dimasuki oleh orang yang memutus hubungan silaturrohim.”( HR. Al-Bukhori dan
muslim)
Katakanlah kepada anak anda,
janganlah kamu bergaul dengan anak yang durhaka pada kedua orang tua karena
durhaka pada orang tua termasuk dosa besar, debagaimana sabda nabi saw:
“ Dosa besar itu adalah syirik
kepada Alloh swt., durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa seseorang, dan
sumpah palsu.” (HR. Al-Bukhori)
Katakanlah pada anak anda, janganlah
kamu bergaul dengan anak yang suka merokok dan madat ( ganja dan sejenisnya).
Terangkanlah bahaya rokok dan ganja berikut hukumannya baik di dunia maupun di
akhirat. Katakanlah pada anak, “Wahai anakku, janganlah kamu bergaul dengan
anak-anak yang suka berdusta dan menggunjing orang lain.”[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum
pendidikan adalah upaya membentuk orientasi individu-individu menurut norma-norma
tertentu membantu mereka dalam membentuk pandangan yang benar terhadap
kehidupan. Dan pendidikan itu didiringi dengan proses pembelajaran yang bisa
mengkilapkan kemampuan mereka dan mengembangkan bakat dan potensi mereka di
berbagai bidang.
Orang tua Mempunyai peran yang besar dalam membentuk karakter
seorang anak karena di lingkungan keluargalah awal mula anak belajar
berperilaku baik perkataan maupun perbauatannya. Berikanlah pendidikan yang
baik kepada anak dari sejak belia karena di masa belia sang anak akan mudah
untuk di bentuk dan diarahkan. Tanamkanlah pada diri seorang anak untuk selalu
mengutamakan ilmu akhirat agar anak selamat dan sukses di dunia dan akhirat.
Mengenalkan anak pada komunitas yang baik sangat penting sekali untuk mendidik
karakter anak. Anak akan terbiasa dari
kecil hidup dalam atmosfer yang baik. Jika suatu hari nanti ia berada di
komunitas yang tidak islami, hati nuraninya akan memanggil dia untuk kembali
pada atmosfer yang bersih tersebut. Karena itu ibarat tanah kelahiran dia dan
di situlah ia tumbuh dan dibesarkan.
0 comments:
Post a Comment