Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada semua
manusia untuk beribadah kepada-Nya. Sholat, zakat, puasa, haji, dzikir
dan silaturahim adalah contoh ibadah yang ada dalam syari’at-Nya.
Ibadah-ibadah ini harus dilaksanakan oleh setiap hamba dengan
karakteristik yang ditetapkan oleh-Nya.
Setiap syariat memang mempunyai karakter dan syarat yang berbeda.
Zakat bukan ibadah untuk orang miskin, tapi ia ibadah khusus untuk orang
yang memiliki harta dengan nisab tertentu. Puasa bukan ibadah untuk
orang lemah, tapi ia untuk orang yang sanggup melakukannya, bahkan
seorang musafir tidak diwajibkan untuk berpuasa. Adapun sholat berbeda
dengan ibadah yang lainnya, ia adalah ibadah yang harus dilaksanakan
untuk orang yang kaya atau miskin, baik mukim yaitu berdiam diri di rumah maupun musafir
yaitu dalam perjalanan jauh, dan baik kuat maupun lemah. selama ia
seorang muslim baligh, berakal dan bernafas maka tidak ada alasan untuk
meninggalkan sholat.
Jika seorang hamba melaksnakan ibadah-ibadah yang telah ditetapkan Alloh Subahanahu wa Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wasallam maka akan sangat dicintai oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, jika pelaksanaan ibadah tersebut dirutinkan maka akan lebih dicintai lagi oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Berkaitan dengan hal ini, Imam Muslim rohimahulloh meriwayatkan hadis dalam kitab shohihnya:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
« أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ ».
قَالَ وَكَانَتْ عَائِشَةُ إِذَا عَمِلَتِ الْعَمَلَ لَزِمَتْهُ.
Aisyah rodhiallohu anhu berkata bahwa
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal
ibadah yang paling disukai oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah yang
dirutinkan walaupun sedikit.” Perawi hadis ini berkata, “Aisyah
rodhiallohu anha jika melakukan satu amalan maka dia merutinkannya.”
Dalam riwayat yang lain, Aisyah
rodhiallohu anha berkata bahwa Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa sunah dalam setiap bulan melebihi banyaknya puasa di bulan Sya’ban, dan beliau
shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
« خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا
تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَنْ يَمَلَّ حَتَّى تَمَلُّوا ». وَكَانَ
يَقُولُ « أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ
وَإِنْ قَلَّ »
“Kerjakanlah oleh kalian amalan yang
kalian sanggupi, karena Alloh tidak bosan sampai kalian sendiri yang
merasa bosan.” Beliau pun bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh
Alloh adalah amalan yang dirutinkan walaupun sedikit.”
(HR. Muslim)
Syekh Zakariya rohimahulloh berkata, “Dalam hadits ini
terdapat tanda bahwa sederhana dalam melakukan peribadahan akan lebih
menanamkan rasa takut pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan lebih
baik daripada orang yang terlalu memaksakan ibadah. Karena orang yang
terlalu memaksakan ibadah tidak selamat dari kejenuhan. Berbeda dengan
orang yang sederhana dalam ibadah, ketika datang kejenuhan biasanya dia
akan meninggalkan ibadah secara total sehingga benarlah sabda Rosululloh
shollallohu alaihi wasallam bahwa sebaik-baik amal ibadah yaitu yang dirutinkan walaupun sedikit.”
al-Hafidz Zainudin Abdurrouf al-Munawi rohimahulloh berkata,
“Amalan sederhana tapi dirutinkan akan lebih banyak menuai pahala dan
akan lebih banyak dilaksanakan. Hal itu disebabkan meninggalkan amalan
setelah dimulai seperti kegagalan setelah sampai. Sedikit tapi rutin
lebih baik daripada banyak tapi terputus. Maksud terus menerus di dalam
hadits ini adalah terus menerus secara adat yang kita kenal. Sebab jika
maknanya terus menerus tanpa berbatas waktu, maka hal ini tidak akan
pernah disanggupi oleh siapapun dari makhluk Alloh.”
Langgeng dalam beramal merupakan satu anugerah besar. Anugerah itu
disebabkan amal yang langgeng akan mengantarkan seseorang meraih
kecintaan Alloh Subahanahu wa Ta’ala. Amal sholih yang ringan
pun jika dikerjakan terus menerus akan menjadi agung nan besar serta
itulah amalan yang dicintai Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam kitab Mu’jamnya:
عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ، قَالَ:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ
الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى؟ قَالَ:”أَنْ تَمُوتَ
وَلِسَانُكَ رَطْبٌ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ”
Muadz bin Jabal rodhiallohu anhu
bertanya kepada Rosululloh shollallohu alaihi wasallam, “Amalan apakah
yang dicintai oleh Alloh Ta’ala?” Beliau shollallohu alaihi wasallam
bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Alloh adalah engkau selalu
membasahi lisanmu dengan zikir pada Alloh sampai mati.”
Agama Islam memiliki kemudahan, bahkan memang sangat mudah. Jika
dibandingkan dengan agama-agama lain, maka akan diketahui bahwa Islam
lah yang paling mudah. Tidaklah seorang hamba mendalami dan melaksanakan
ibadah dengan terlalu kuat dan meninggalkan sifat kelembutan maka dia
akan dikalahkan. Sehingga sebaiknya seseorang berlaku sederhana dalam
ibadah pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Imam Bukhori meriwayatkan hadis bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:
سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاغْدُوا وَرُوحُوا وَشَيْءٌ مِنَ الدُّلْجَةِ وَالْقَصْدَ الْقَصْدَ تَبْلُغُوا
“Berlakulah benar, tanpa peremehan
atau melampaui batas. Jika tidak bisa melakukan perbuatan sempurna maka
mendekatlah sesuai amalan rosul. Berjalanlah di sebagian kegelapan malam
dan berlaku sederhanalah dalam setiap amalan niscaya kalian akan sampai
pada tujuan.”
(HR. Bukhori)
Demikianlah pentignya merutinkan amalan ibadah sekalipun ibadah
tersebut kategorinya sebagai ibadah yang ringan. Semoga kita semua
dimudahkah oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam merutinkan amal ibdah kita segingga kita meraih cinta-Nya.
Wallohu Ta’ala a’lam
Diambil dari : http://www.hasmi.org/merutinkan-ibadah-walaupun-sedikit/