Konon,
warga Yahudi sudah banyak berdiam di Indonesia sejak zaman kolonial
Belanda, khususnya di Jakarta, tapi tidak ada tanggal yang pasti kaum
Yahudi menetap di Indonesia. Sebuah situs Komunitas Yahudi dunia
mencatat bahwa pada tahun 1850 seorang utusan dari Jerusalem, Jacob
Saphir, yang mengunjungi Batavia (Jakarta), bertemu dengan seorang
pedagang Yahudi dari Amsterdam yang menyebutkan bahwa ada 20 keluarga
Yahudi dari Belanda atau Jerman tinggal di sana, termasuk anggota
pasukan kolonial Belanda.
Beberapa
orang Yahudi juga tinggal di Semarang dan Surabaya. Mereka punya
beberapa hubungan dengan agama Judaisme (ajaran Yahudi). Atas permintaan
Saphir, Komunitas Amsterdam mengirim rabbi yang mencoba
mengorganisasikan jemaah di Batavia dan Semarang. Sejumlah Yahudi dari
Baghdad atau asli orang Baghdad, dan dari Aden juga bermukim di Jawa.
Pada tahun 1921, utusan Zionis dari Israel yang bernama Cohen
memperkirakan bahwa hampir ada 2,000 orang Yahudi yang tinggal di Jawa.
Sebagai catatan, Vereenigde Oostindische
Compagnie (Serikat Dagang India Timur) atau VOC atau Kompeni berdiri
pada tahun 1602 dan memegang hak monopoli dari Kerajaan Belanda untuk
menguasai jalur perdagangan di Asia. VOC adalah Multi-National Company
(MNC) pertama di dunia dan juga perusahaan Multi-nasional pertama yang
menerbitkan saham. Selama hampir 200 tahun berkuasa, VOC akhirnya
bangkrut dan dibubarkan pada tahun 1800 karena terlilit hutang dan
kerusuhan. Akhirnya asset dan hutang-hutangnya diambil alih oleh
pemerintah Hindia Belanda.
Kembali
kepada kisah kaum Yahudi. Yahudi Belanda di Surabaya ada yang memegang
jabatan penting di pemerintahan, dan banyak juga yang jadi pedagang.
Kaum Yahudi yang berasal dari Baghdad membentuk elemen yang paling
orthodox (kolot). Di sana juga terdapat kaum Yahudi asal Eropa Tengah
dan Sovyet Russia, yang jumlahnya meningkat di tahun 1930an. Di tahun
1939 ada sekitar 2,000 pemukim Yahudi Belanda dan sejumlah Yahudi
stateless (tanpa status kewarganegaraan) yang menjalani hukuman ketika
Jepang menduduki Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, unsur-unsur
Yahudi Belanda mulai mengalami kemerosotan dan populasinya pun berkurang
karena alasan-alasan politik dan ekonomi.
Ada sekitar 450 orang Yahudi di Indonesia
pada tahun 1957, umumnya kaum Ashkenazim di Jakarta dan kaum Sephardim
di Surabaya, komunitas inilah yang memelihara sebuah sinagoga di sana.
Komunitas jumlah tersebut berkurang menjadi 50 orang di tahun 1963. Ada
sekitar 20 orang Yahudi yang tinggal di Jakarta dan 25 orang di Surabaya
pada tahun 1969. Komunitas ini diwakili oleh the Board of Jewish
Communities of Indonesia (Dewan Komunitas-komunitas Yahudi di Indonesia)
yang berkantor di Jakarta. Pada tahun 1997, tercatat ada sekitar 20
orang Yahudi tinggal di Indonesia, beberapa dari mereka ada di Jakarta
dan beberapa keluarga Yahudi lainnya yang berasal dari Iraq tinggal di
Surabaya dan memelihara sebuah sinagoge kecil.
Pedagang Sukses
Pada
abad ke-19 dan 20 serta menjelang Belanda hengkang dari Indonesia, ada
sejumlah orang Yahudi yang membuka toko-toko di Noordwijk (kini Jl.
Juanda) dan Risjwijk (Jl. Veteran) — dua kawasan elite di Batavia kala
itu — seperti Olislaeger, Goldenberg, Jacobson van den Berg, Ezekiel
& Sons dan Goodwordh Company. Di sepanjang Jalan Juanda (Noordwijk)
dan Jalan Veteran (Rijswijk) jejak Zionis-Yahudi juga ada. Dalam sebuah
artikel di sebuah media massa yang terbit di Jakarta, sejarawan Betawi
Alwi Shahab menyebutkan, pada abad ke-19 dan ke-20, sejumlah orang
Yahudi menjadi pengusaha papan atas di Jakarta. Beberapa di antaranya
bernama Olislaegar, Goldenberg dan Ezekiel. Mereka menjadi pedagang
sukses dan tangguh yang menjual permata, emas, intan, perak, arloji,
kaca mata dan berbagai komoditas lainnya. Toko mereka berdiri di
sepanjang Jalan Risjwijk dan Noordwijk. Masih menurut Alwi, pada tahun
1930-an dan 1940-an, jumlah orang Yahudi cukup banyak di Jakarta. Bisa
mencapai ratusan orang. Mereka pandai berbahasa Arab, hingga sering
dikira sebagai orang keturunan Arab. Bahkan Gubernur Jenderal Belanda,
Residen dan Asisten Residen Belanda di Indonesia banyak yang keturunan
Yahudi.
Di
masa kolonial, warga Yahudi ada yang mendapat posisi tinggi di
pemerintahan. Termasuk gubernur jenderal AWL Tjandra van Starkemborgh
Stachouwer (1936-1942). Sedangkan Abdullah Alatas (75 tahun) mengatakan,
keturunan Yahudi di Indonesia kala itu banyak yang datang dari negara
Arab. Maklum kala itu negara Israel belum terbentuk. Seperti keluarga
Musri dan Meyer yang datang dari Irak. Sedangkan Ali Shatrie (87)
menyatakan bahwa kaum Yahudi di Indonesia memiliki persatuan yang kuat.
Setiap Sabath atau Sabtu, hari suci kaum Yahudi, mereka berkumpul
bersama di Mangga Besar, yang kala itu merupakan tempat pertemuannya.
Di gedung itu, seorang rabbi, imam kaum
Yahudi, memberikan wejangan dengan membaca Kitab Zabur. Menurut Ali
Shatrie, kaum Yahudi umumnya memakai paspor Belanda dan mengaku warga
negara kincir angin. Sedangkan Abdullah Alatas mengalami saat-saat hari
Sabath dimana warga Yahudi sambil bernyanyi membaca kitab Talmud dan
Zabur, dua kitab suci mereka. Pada 1957, ketika hubungan antara
RI-Belanda putus akibat kasus Irian Barat (Papua), tidak diketahui
apakah seluruh warga Yahudi meninggalkan Indonesia. Konon, mereka masih
terdapat di Indonesia meski jumlahnya tidak lagi seperti dulu.
Yang pasti dalam catatan sejarah Yahudi dan jaringan gerakannya, mereka sudah lama menancapkan kukunya di Indonesia. Bahkan gerakan mereka disinyalir telah mempengaruhi sebagian tokoh pendiri negeri ini. Sebuah upaya menaklukkan bangsa Muslim terbesar di dunia (Sabili, 9/2-2006).
Yang pasti dalam catatan sejarah Yahudi dan jaringan gerakannya, mereka sudah lama menancapkan kukunya di Indonesia. Bahkan gerakan mereka disinyalir telah mempengaruhi sebagian tokoh pendiri negeri ini. Sebuah upaya menaklukkan bangsa Muslim terbesar di dunia (Sabili, 9/2-2006).
Dalam buku Jejak Freemason & Zionis di
Indonesia disebutkan bahwa gedung Bappenas di Taman Surapati dulunya
merupakan tempat para anggota Freemason melakukan peribadatan dan
pertemuan. Gedung Bappenas di kawasan elit Menteng, dulunya bernama
gedung Adhuc Stat dengan logo Freemasonry di kiri kanan atas gedungnya,
terpampang jelas ketika itu. Anggota Freemason menyebutnya sebagai loji
atau rumah setan. Disebut rumah setan, karena dalam peribadatannya
anggota gerakan ini memanggil arwah-arwah atau jin atau setan, menurut
data-data yang dikumpulkan penulisnya Herry Nurdi,
Freemasonry atau Vrijmetselarij dalam bahasa Belanda masuk ke Indonesia dengan beragam cara. Terutama lewat lembaga masyarakat dan pendidikan. Pada mulanya gerakan itu menggunakan kedok persaudaraan kemanusiaan, tidak membedakan agama dan ras, warna kulit dan gender, apalagi tingkat sosial di masyarakat. Dalam buku tersebut disebutkan, meski pada tahun 1961, dengan alasan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, Presiden Sukarno melakukan pelarangan terhadap gerakan Freemasonry di Indonesia. Namun, pengaruh Zionis tidak pernah surut. Hubungan gelap ‘teman tapi mesra’ antara tokoh-tokoh bangsa dengan Israel masih terus berlangsung.
Freemasonry atau Vrijmetselarij dalam bahasa Belanda masuk ke Indonesia dengan beragam cara. Terutama lewat lembaga masyarakat dan pendidikan. Pada mulanya gerakan itu menggunakan kedok persaudaraan kemanusiaan, tidak membedakan agama dan ras, warna kulit dan gender, apalagi tingkat sosial di masyarakat. Dalam buku tersebut disebutkan, meski pada tahun 1961, dengan alasan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, Presiden Sukarno melakukan pelarangan terhadap gerakan Freemasonry di Indonesia. Namun, pengaruh Zionis tidak pernah surut. Hubungan gelap ‘teman tapi mesra’ antara tokoh-tokoh bangsa dengan Israel masih terus berlangsung.
Zionis-Yahudi mengakar kuat di Indonesia. Melalui antek-anteknya yang
ada di Indonesia, mereka berhasil menguasai sektor ekonomi, terutama
bidang perbankan dan merasuki budaya Indonesia. Ridwan Saidi, sejarawan
Betawi, mengaku prihatin dengan kondisi umat saat ini. Sebab, banyak
umat yang masih tidak percaya gerakan Zionis-Yahudi. Bahkan sebagian
kaum Muslimin memandang tudingan gerakan Zionis-Yahudi sebagai sesuatu
yang mengada-ada. Padahal, dampak dari gerakan Zionis ini sangatlah
merugikan kaum Muslimin bahkan umat manusia.
“Siapa bilang tidak ada gerakan Zionis-Yahudi di sini. Ada dong, sebab akarnya terlalu kuat di Indonesia. Mereka masuk sejak zaman Hindia Belanda,” ujar pria yang puluhan tahun meneliti dan mengkaji gerakan Zionis-Yahudi itu. Benarkah akar Zionis-Yahudi begitu kuat di Indonesia? Apa saja indikasi dan buktinya? Memang, tak mudah melacak jejak gerakan berbahaya ini di Indonesia. Apalagi selama ini, Zionis-Yahudi, memang gerakan tertutup. Aktivitas mereka berkedok kegiatan sosial atau kemanusiaan. Namun sasaran dan tujuannya sangat jelas: Merusak kaum lain. Ibarat orang yang sedang buang angin dengan pelan: tercium baunya, tapi tak nampak wujudnya. Tidak mudah mengendus dan mendeteksi mereka. Namun dengan membuka-buka catatan sejarah, kabut dan misteri seputar jaringan Zionis-Yahudi di Indonesia akan terbuka lebar.
Gedung Bappenas
“Siapa bilang tidak ada gerakan Zionis-Yahudi di sini. Ada dong, sebab akarnya terlalu kuat di Indonesia. Mereka masuk sejak zaman Hindia Belanda,” ujar pria yang puluhan tahun meneliti dan mengkaji gerakan Zionis-Yahudi itu. Benarkah akar Zionis-Yahudi begitu kuat di Indonesia? Apa saja indikasi dan buktinya? Memang, tak mudah melacak jejak gerakan berbahaya ini di Indonesia. Apalagi selama ini, Zionis-Yahudi, memang gerakan tertutup. Aktivitas mereka berkedok kegiatan sosial atau kemanusiaan. Namun sasaran dan tujuannya sangat jelas: Merusak kaum lain. Ibarat orang yang sedang buang angin dengan pelan: tercium baunya, tapi tak nampak wujudnya. Tidak mudah mengendus dan mendeteksi mereka. Namun dengan membuka-buka catatan sejarah, kabut dan misteri seputar jaringan Zionis-Yahudi di Indonesia akan terbuka lebar.
Gedung Bappenas
Gedung dan bangunan ternyata tak hanya memiliki
estetika, namun juga menyimpan sejarah peradaban, tak terkecuali gerakan
Zionis-Yahudi di Indonesia. Dari sejumlah dokumen sejarah, tidak
sedikit gedung-gedung yang berdiri dan beroperasi saat ini yang ternyata
dulunya pernah menjadi pusat pengendali gerakan Zionis-Yahudi di
Indonesia. Satu di antaranya adalah gedung induk yang saat ini dipakai
pemerintah untuk kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) di Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam buku “Menteng Kota Taman Pertama di Indonesia” karangan Adolf Hueken SJ, disebutkan, awalnya gedung yang kini berperan penting merencanakan pembangunan Indonesia itu adalah bekas loge-gebouw, tempat pertemuan para vrijmetselaar (kaum Freemason). Loge-gebouw atau rumah arloji sendiri adalah sebuah sinagoga, tempat peribadatan kaum Yahudi. Dulu, kaum Yahudi memakainya untuk tempat “sembahyang” atau “ngeningkan cipta” kepada Tuhan. Karena tempat itu sering dipergunakan untuk memanggil-manggil roh halus, maka masyarakat Indonesia sering menyebut loge atau loji sebagai rumah setan.
Sementara Vrijmetselarij adalah organisasi bentukan Zionis-Yahudi di Indonesia (Dulu Hindia Belanda). Ridwan Saidi dalam bukunya “Fakta dan Data Yahudi di Indonesia” menuliskan bahwa pimpinan Vrjmetselarij di Hindia Belanda sekaligus adalah ketua loji. Vrijmetselarij bukanlah organisasi yang berdiri sendiri. Ia merupakan bentukan dari organisasi Freemasonry, sebuah gerakan Zionis-Yahudi internasional yang berkedudukan di London, Inggris.
Pada tahun 1717, para emigran Yahudi yang terlempar ke London, Inggris, mendirikan sebuah gerakan Zionis yang diberi nama Freemasonry. Organisasi inilah yang kini mengendalikan gerakan Zionis-Yahudi di seluruh dunia. Bandingkan lambang Freemason (di sisi kiri) dengan lambang VOC (di sisi kanan) yang memiliki kemiripan. Dalam kenyataannya, gerakan rahasia Zionis-Yahudi ini selalu bekerja menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak kehidupan politik, ekonomi dan sosial negara-negara yang di tempatinya. Mereka ingin menjadi kaum yang menguasai dunia dengan cara merusak bangsa lain, khususnya kaum Muslimin. Mereka sangat berpegang teguh pada cita-cita.
Tujuan akhir dari gerakan rahasia Zionis-Yahudi ini, salah satunya, adalah mengembalikan bangunan Haikal Sulaiman yang terletak di Masjidil Aqsha, daerah Al-Quds yang sekarang dijajah Israel. Target lainnya, mendirikan sebuah pemerintahan Zionis internasional di Palestina, seperti terekam dari hasil pertemuan para rabbi Yahudi di Basel, Switzerland. Seperti disinggung di atas, gedung Bappenas memiliki sejarah kuat dengan gerakan Zionis-Yahudi.
Tentu, bukan suatu kebetulan, jika lembaga donor dunia seperti International Monetary Fund (IMF) yang dikuasai orang-orang Yahudi sangat berkepentingan dan menginginkan kebijakan yang merencanakan pembangunan di Indonesia selaras dengan program mereka. Satu per satu bukti kuatnya jejak Zionis-Yahudi di Indonesia bermunculan. Jejak mereka juga nampak di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat dengan berbagai gedung pencakar langitnya.
Menurut Ridwan Saidi, semasa kolonial Belanda, Jalan Medan Merdeka Barat bernama Jalan Blavatsky Boulevard. Nama Blavatsky Boulevard sendiri tentu ada asal-usulnya. Pemerintah kolonial Belanda mengambil nama Blavatsky Boulevard dari nama Helena Blavatsky, seorang tokoh Zionis-Yahudi asal Rusia yang giat mendukung gerakan Freemasonry.
Siapa Blavatsky?
Dalam buku “Menteng Kota Taman Pertama di Indonesia” karangan Adolf Hueken SJ, disebutkan, awalnya gedung yang kini berperan penting merencanakan pembangunan Indonesia itu adalah bekas loge-gebouw, tempat pertemuan para vrijmetselaar (kaum Freemason). Loge-gebouw atau rumah arloji sendiri adalah sebuah sinagoga, tempat peribadatan kaum Yahudi. Dulu, kaum Yahudi memakainya untuk tempat “sembahyang” atau “ngeningkan cipta” kepada Tuhan. Karena tempat itu sering dipergunakan untuk memanggil-manggil roh halus, maka masyarakat Indonesia sering menyebut loge atau loji sebagai rumah setan.
Sementara Vrijmetselarij adalah organisasi bentukan Zionis-Yahudi di Indonesia (Dulu Hindia Belanda). Ridwan Saidi dalam bukunya “Fakta dan Data Yahudi di Indonesia” menuliskan bahwa pimpinan Vrjmetselarij di Hindia Belanda sekaligus adalah ketua loji. Vrijmetselarij bukanlah organisasi yang berdiri sendiri. Ia merupakan bentukan dari organisasi Freemasonry, sebuah gerakan Zionis-Yahudi internasional yang berkedudukan di London, Inggris.
Pada tahun 1717, para emigran Yahudi yang terlempar ke London, Inggris, mendirikan sebuah gerakan Zionis yang diberi nama Freemasonry. Organisasi inilah yang kini mengendalikan gerakan Zionis-Yahudi di seluruh dunia. Bandingkan lambang Freemason (di sisi kiri) dengan lambang VOC (di sisi kanan) yang memiliki kemiripan. Dalam kenyataannya, gerakan rahasia Zionis-Yahudi ini selalu bekerja menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak kehidupan politik, ekonomi dan sosial negara-negara yang di tempatinya. Mereka ingin menjadi kaum yang menguasai dunia dengan cara merusak bangsa lain, khususnya kaum Muslimin. Mereka sangat berpegang teguh pada cita-cita.
Tujuan akhir dari gerakan rahasia Zionis-Yahudi ini, salah satunya, adalah mengembalikan bangunan Haikal Sulaiman yang terletak di Masjidil Aqsha, daerah Al-Quds yang sekarang dijajah Israel. Target lainnya, mendirikan sebuah pemerintahan Zionis internasional di Palestina, seperti terekam dari hasil pertemuan para rabbi Yahudi di Basel, Switzerland. Seperti disinggung di atas, gedung Bappenas memiliki sejarah kuat dengan gerakan Zionis-Yahudi.
Tentu, bukan suatu kebetulan, jika lembaga donor dunia seperti International Monetary Fund (IMF) yang dikuasai orang-orang Yahudi sangat berkepentingan dan menginginkan kebijakan yang merencanakan pembangunan di Indonesia selaras dengan program mereka. Satu per satu bukti kuatnya jejak Zionis-Yahudi di Indonesia bermunculan. Jejak mereka juga nampak di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat dengan berbagai gedung pencakar langitnya.
Menurut Ridwan Saidi, semasa kolonial Belanda, Jalan Medan Merdeka Barat bernama Jalan Blavatsky Boulevard. Nama Blavatsky Boulevard sendiri tentu ada asal-usulnya. Pemerintah kolonial Belanda mengambil nama Blavatsky Boulevard dari nama Helena Blavatsky, seorang tokoh Zionis-Yahudi asal Rusia yang giat mendukung gerakan Freemasonry.
Siapa Blavatsky?
Pada November 1875, pusat gerakan Zionis di Inggris,
Fremasonry, mengutus Madame Blavatsky—demikian Helena Balavatsky biasa
disebut—ke New York. Sesampainya di sana, Blavatsky langsung mendirikan
perhimpunan kaum Theosofi. Sejak awal, organisasi kepanjangan tangan
Zionis-Yahudi ini, telah menjadi mesin pendulang dolar bagi gerakan
Freemasonry. Di luar Amerika, sebut misalnya di Hindia Belanda,
Blavatsky dikenal sebagai propagandis utama ajaran Theosofi. Pada tahun
1853, saat perjalanannya dari Tibet ke Inggris, Madame Blavatsky pernah
mampir ke Jawa (Batavia). Selama satu tahun di Batavia, ia mengajarkan
Theosofi kepada para elite kolonial dan masyarakat Hindia Belanda. Sejak
itu, Theosofi menjadi salah satu ajaran yang berkembang di Indonesia.
Salah satu ajaran Theosofi yang utama adalah menganggap semua ajaran
agama sama. Ajaran ini sangat mirip dan sebangun dengan pemahaman kaum
liberal yang ada di Indonesia.
Menurut cerita Ridwan Saidi, di era tahun 1950-an, di Jalan Blavatsky Boulevard (kini Jalan Medan Merdeka Barat) pernah berdiri sebuah loji atau sinagoga. Untuk misinya, kaum Yahudi memakai loji itu sebagai pusat kegiatan dan pengendalian gerakan Zionis di Indonesia. Salah satu kegiatan mereka adalah membuka kursus-kursus okultisme (pemanggilan makhluk-makhluk halus). “Jika saat ini saham mayoritas Indosat dikuasai Singtel, salah satu perusahaan telekomunikasi Yahudi asal Singapura, maka itu sangat wajar. Sebab dulunya Indosat adalah sinagoga dan kembali juga ke sinagoga,” ujar mantan anggota DPR yang pernah menginjakkan kakinya ke Israel tersebut.
Tradisi Merantau
Sudah menjadi tradisi hidup kaum Zionis-Yahudi untuk merantau. Tidak ada daerah yang tidak mereka rambah. Di luar Jakarta, kaum Yahudi menetap di daerah Bandung, Jawa Barat. Pengamat Yahudi asal Bandung, HM Usep Romli mengatakan, mereka masuk Bandung sejak tahun 1900-an. Untuk meredam resistensi masyarakat Bandung, mereka masuk melalui jalur pendidikan dengan berprofesi sebagai guru. Kebanyakan dari mereka adalah pengikut aliran Theosofi, kaki tangan gerakan Freemasonry Internasional.
Tempat kumpul mereka berada di sebuah rumah yang terletak di dekat Jalan Dipati Ukur. Masyarakat menyebut rumah itu sebagai rumah setan. “Dulunya, kawasan Dipati Ukur adalah tempat tinggal orang-orang Belanda dan tempat berkumpulnya kaum terpelajar, baik dari Belanda maupun pribumi. Itulah kenapa jika ditengok kawasan Dipati Ukur saat ini, banyak sekali berdiri lembaga-lembaga pendidikan, termasuk Universitas Padjajaran (Unpad). Namun saya tidak tahu di mana tepatnya markas kaum Theosofi tersebut,” ujar Usep.
Pada dasarnya, mereka tidak mengalami kesulitan menjajakan pemahamannya karena berpenampilan lembut, sopan dan ramah. Karenanya banyak masyarakat yang simpati dan tertarik dengan mereka. Sampai-sampai banyak masyarakat mengultuskan ucapan dan ajaran mereka, hingga mengikuti ritual agama Yahudi. “Tanpa disadari ajaran Zionis masuk ke hati dan pikiran masyarakat Bandung dan tumbuh menjadi suatu ajaran yang kuat,” tandas Usep. Khusus di Surabaya, kaum Yahudi membentuk komunitas sendiri di beberapa kawasan kota lama, seperti Bubutan dan Jalan Kayon. Di Jalan Kayon No 4, Surabaya, hingga kini berdiri sebuah sinagog, tempat peribadatan kaum Yahudi. Selama ini gerakan mereka tidak mudah terdeteksi masyarakat karena mereka berkedok yayasan sosial dan amal.
Antek-Antek
Panah beracun Zionis-Yahudi terus dilepaskan dari busurnya dan terus mengenai sasarannya. Setelah menunggu satu dekade, kini mereka sedang memanen buahnya. Melalui antek-anteknya di Indonesia, kaum Zionis-Yahudi “menyetir” dunia politik, sektor ekonomi, terutama bidang perbankan dan jaringan telekomunikasi. Transaksi saham menjadi modal ampuh mengendalikan Indonesia. Singtel, perusahaan telekomunikasi milik orang Yahudi yang berkedudukan di Singapura misalnya, tahun lalu, berhasil menguasai kepemilikan PT Indosat, sebagaimana diungkapkan Ridwan Saidi. Mereka berhasil menjadi pemegang saham terbesar dan berhak mengatur arah kebijakan Indosat ke depan. Komunikasi Indonesia, melalui Indosat misalnya, dalam kendali Yahudi?
Bandingkan lagi logo Indosat (di sebelah kiri) dengan logo bintang David sebagai lambang negara Israel (di sebalah kanan) yg mirip bentuknya. Hal serupa terjadi dalam dunia pemberitaan. Bhakti Investama, sebuah perusahaan yang sebagian sahamnya milik George Soros, seorang Yahudi yang pada tahun 1998 mengacak-acak ekonomi Indonesia. Dengan membeli saham, dia mulai memasuki industri media di Indonesia Ritel juga menjadi sasaran utama mereka. Philip Morris, sebuah perusahaan rokok dunia milik seorang Yahudi asal Amerika menguasai kira-kira sembilan puluh persen saham perusahaan rokok PT Sampoerna. Ia pun berhak mengendalikan bisnis perusahaan rokok ternama di Indonesia itu.
Bidang budaya tak luput dari garapan mereka. Untuk menjauhkan Islam dari agamanya, mereka masuk ke dalam kebatinan Jawa. Kuatnya akar Freemasonry dapat dilihat dari mantra-mantra memanggil roh halus atau jin yang memakai bahasa Ibrani, bahasa khas kaum Yahudi. Bau Zionis-Yahudi juga tercium tajam di dunia perjudian. Dadu yang sering dipakai dalam permainan judi bermata hewan Zionis. “Ini fakta. Oleh sebab itu saat menerima laporan dari bawahannya tentang kuatnya akar Zionisme-Yahudi di Indonesia, Hitler, pemimpin NAZI langsung mengirim pasukannya ke Hindia Belanda untuk memerangi mereka,” ujar Ridwan. Jelas, gerakan Zionis-Yahudi bukanlah gerakan fiktif atau mengada-ada. Ia benar-benar nyata dan terus akan bergerak sampai cita-citanya tercapai: Menguasai dunia.
Di bawah ini beberapa bukti bahwa kehadiran mereka di Indonesia sejak dari zaman VOC sampai sekarang masih berkesinambungan, bahkan semakin jelas eksistensi mereka seperti nampak dalam simbol-simbol yang merupakan bukti peninggalan dan kehadiran mereka.
Menurut cerita Ridwan Saidi, di era tahun 1950-an, di Jalan Blavatsky Boulevard (kini Jalan Medan Merdeka Barat) pernah berdiri sebuah loji atau sinagoga. Untuk misinya, kaum Yahudi memakai loji itu sebagai pusat kegiatan dan pengendalian gerakan Zionis di Indonesia. Salah satu kegiatan mereka adalah membuka kursus-kursus okultisme (pemanggilan makhluk-makhluk halus). “Jika saat ini saham mayoritas Indosat dikuasai Singtel, salah satu perusahaan telekomunikasi Yahudi asal Singapura, maka itu sangat wajar. Sebab dulunya Indosat adalah sinagoga dan kembali juga ke sinagoga,” ujar mantan anggota DPR yang pernah menginjakkan kakinya ke Israel tersebut.
Tradisi Merantau
Sudah menjadi tradisi hidup kaum Zionis-Yahudi untuk merantau. Tidak ada daerah yang tidak mereka rambah. Di luar Jakarta, kaum Yahudi menetap di daerah Bandung, Jawa Barat. Pengamat Yahudi asal Bandung, HM Usep Romli mengatakan, mereka masuk Bandung sejak tahun 1900-an. Untuk meredam resistensi masyarakat Bandung, mereka masuk melalui jalur pendidikan dengan berprofesi sebagai guru. Kebanyakan dari mereka adalah pengikut aliran Theosofi, kaki tangan gerakan Freemasonry Internasional.
Tempat kumpul mereka berada di sebuah rumah yang terletak di dekat Jalan Dipati Ukur. Masyarakat menyebut rumah itu sebagai rumah setan. “Dulunya, kawasan Dipati Ukur adalah tempat tinggal orang-orang Belanda dan tempat berkumpulnya kaum terpelajar, baik dari Belanda maupun pribumi. Itulah kenapa jika ditengok kawasan Dipati Ukur saat ini, banyak sekali berdiri lembaga-lembaga pendidikan, termasuk Universitas Padjajaran (Unpad). Namun saya tidak tahu di mana tepatnya markas kaum Theosofi tersebut,” ujar Usep.
Pada dasarnya, mereka tidak mengalami kesulitan menjajakan pemahamannya karena berpenampilan lembut, sopan dan ramah. Karenanya banyak masyarakat yang simpati dan tertarik dengan mereka. Sampai-sampai banyak masyarakat mengultuskan ucapan dan ajaran mereka, hingga mengikuti ritual agama Yahudi. “Tanpa disadari ajaran Zionis masuk ke hati dan pikiran masyarakat Bandung dan tumbuh menjadi suatu ajaran yang kuat,” tandas Usep. Khusus di Surabaya, kaum Yahudi membentuk komunitas sendiri di beberapa kawasan kota lama, seperti Bubutan dan Jalan Kayon. Di Jalan Kayon No 4, Surabaya, hingga kini berdiri sebuah sinagog, tempat peribadatan kaum Yahudi. Selama ini gerakan mereka tidak mudah terdeteksi masyarakat karena mereka berkedok yayasan sosial dan amal.
Antek-Antek
Panah beracun Zionis-Yahudi terus dilepaskan dari busurnya dan terus mengenai sasarannya. Setelah menunggu satu dekade, kini mereka sedang memanen buahnya. Melalui antek-anteknya di Indonesia, kaum Zionis-Yahudi “menyetir” dunia politik, sektor ekonomi, terutama bidang perbankan dan jaringan telekomunikasi. Transaksi saham menjadi modal ampuh mengendalikan Indonesia. Singtel, perusahaan telekomunikasi milik orang Yahudi yang berkedudukan di Singapura misalnya, tahun lalu, berhasil menguasai kepemilikan PT Indosat, sebagaimana diungkapkan Ridwan Saidi. Mereka berhasil menjadi pemegang saham terbesar dan berhak mengatur arah kebijakan Indosat ke depan. Komunikasi Indonesia, melalui Indosat misalnya, dalam kendali Yahudi?
Bandingkan lagi logo Indosat (di sebelah kiri) dengan logo bintang David sebagai lambang negara Israel (di sebalah kanan) yg mirip bentuknya. Hal serupa terjadi dalam dunia pemberitaan. Bhakti Investama, sebuah perusahaan yang sebagian sahamnya milik George Soros, seorang Yahudi yang pada tahun 1998 mengacak-acak ekonomi Indonesia. Dengan membeli saham, dia mulai memasuki industri media di Indonesia Ritel juga menjadi sasaran utama mereka. Philip Morris, sebuah perusahaan rokok dunia milik seorang Yahudi asal Amerika menguasai kira-kira sembilan puluh persen saham perusahaan rokok PT Sampoerna. Ia pun berhak mengendalikan bisnis perusahaan rokok ternama di Indonesia itu.
Bidang budaya tak luput dari garapan mereka. Untuk menjauhkan Islam dari agamanya, mereka masuk ke dalam kebatinan Jawa. Kuatnya akar Freemasonry dapat dilihat dari mantra-mantra memanggil roh halus atau jin yang memakai bahasa Ibrani, bahasa khas kaum Yahudi. Bau Zionis-Yahudi juga tercium tajam di dunia perjudian. Dadu yang sering dipakai dalam permainan judi bermata hewan Zionis. “Ini fakta. Oleh sebab itu saat menerima laporan dari bawahannya tentang kuatnya akar Zionisme-Yahudi di Indonesia, Hitler, pemimpin NAZI langsung mengirim pasukannya ke Hindia Belanda untuk memerangi mereka,” ujar Ridwan. Jelas, gerakan Zionis-Yahudi bukanlah gerakan fiktif atau mengada-ada. Ia benar-benar nyata dan terus akan bergerak sampai cita-citanya tercapai: Menguasai dunia.
Di bawah ini beberapa bukti bahwa kehadiran mereka di Indonesia sejak dari zaman VOC sampai sekarang masih berkesinambungan, bahkan semakin jelas eksistensi mereka seperti nampak dalam simbol-simbol yang merupakan bukti peninggalan dan kehadiran mereka.
Obelisk
Obelisk sebagai simbol dominasi Iblis atas bumi ini, kehadiran beberapa obelisk tertentu (di lokasi tertentu juga) merupakan “tanda tangannya”. Diketahui bahwa obelisk di Washington DC merupakan simbol penguasaan Iblis atas EKONOMI dunia; obelisk di Luxor, Mesir, merupakan simbol penguasaan Iblis atas PEMERINTAHAN dunia; dan obelisk di Vatican, Roma – Italia, merupakan simbol penguasaan Iblis atas AGAMA dunia. Ekonomi, Pemerintahan, dan Agama dunia penguasaannya diwakili oleh ketiga obelisk tersebut.
Penjelasan detail mengenai hal tersebut akan
mencengangkan siapapun. Bahwa benda-benda mati yang disembah dan
dihormati ternyata berunsurkan kekuatan-kekuatan spiritual yang tidak
main-main, dan dipercaya (sebagai tradisi ritual) oleh mereka yang
dianggap sangat “berwawasan sekuler” sekalipun. Dan obelisk adalah salah
satunya, bukan satu-satunya. Masih begitu banyak “kehadiran” yang
misterius disekitar kita, bahkan hal-hal yang telah akrab dalam
kehidupan sehari-hari kita, seperti misalnya Rotary dan Lions Club.
Rotary Club dan Lions Club
Rotary
Club didirikan di kota Chicago, pusat Zionis Inter¬nasional, terletak
di wilayah Illionis, negara bagian Amerika Serikat, dikepalai oleh Paul
Harris.
Rotary sebenarnya adalah pengganti dari
organisasi rahasia Freemason yang diharapkan dapat menghilangkan salah
paham dan menunjukkan kepada umum bahwa tujuan club tersebut adalah
untuk menyuburkan pengabdian kepada masyarakat yang dapat dilakukan oleh
para anggotanya di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing, baik
pada tingkat nasional maupun intemasional. Selain itu juga hendak
menampakkan kegiatan kemanusiaan, guna menciptakan hubungan baik di
antara berbagai macam golongan dan untuk membuktikan bahwa club tersebut
hanya semata melakukan kegiatan kemanusiaan, kebudayaan, dan sosial,
dan menjauhkan diri dari masalah keagamaan serta politik.
Kata Rotary oleh para anggotanya ditafsirkan
dengan pengertian bergilir atau bergantian. Karena para anggota
bergantian untuk ditempati pertemuan. Padahal tujuannya yang tersembunyi
adalah bahwa kata Rotary ini dimaksudkan sebagai ganti dari Freemason
karena rahasianya pernah terbongkar pada konggres Zionis di Basel,
Switzerland pada tahun 1897 dan juga telah tersebarnya rahasia Protokol
para tokoh Zionis.
Seandainya kata Rotary kita artikan dengan
bergilir, maka di sini kata bergilir itu mempunyai pengertian mengitari
titik pusat, dan titik pusatnya ini adalah Haikal Sulaiman, yang
merupakan bangunan suci bagi kaum Freemason yang terletak di kota Quds
(Yerussalem). Pertemuan pertama di adakan di tengah-tengah sejumlah
besar anggota Yahudi Freemason.
Lions
Club didirikan oleh Malvin Joqes, seorang pengacara Amerika. Lions Club
mengadakan konggres pertama tahun 1918 yang dihadiri oleh 22 orang
Yahudi Freemason. Konggres ini diadakan di kota Chicago. Orgamsasi ini
merupakan bagian dari gerakan Zionis dan Freemason. Kedudukan kantor
Lions Club berada di pusat Rotary Club dan kantor cabang Bahaiyah
Amerika. Kemudian pusat Lions Club pindah ke New York lalu ke
Washington, yang merupakan pusat-pusat kegiatan Yahudi.
Kata Lions berarti singa, maksudnya pengawal
Haikal dan penjaga bangunan Haikal Sulaiman yang berada di salah satu
bagi Masjidil-Aqsha. Organisasi ini merupakan gerakan baru Freemason
yang tujuannya sama dengan Freemason. Tetapi secara formal Lions Club
menyatakan bahwa tujuan organisasinya ialah untuk memberi pelayanan
kepada masyarakat dan saling memupuk saling pengertian internasional:
Slogan ini merupakan – kata-kata yang manis, tetapi mengandung
tujuan-tujuan rahasia yang berbahaya. Tujuan rahasia itu ialah
merealisir impian Zionis dan Freemason untuk memusnahkan semua bangsa
dan pemerintahan non-Yahudi, kemudian mendirikan pemerintahan Yahudi
Internasional.
Bila kita telusuri di Internet dengan search
engine Google untuk mengetahui keberadaan Rotary dan Lions Club di
Indonesia, kedua club tersebut sudah ada di bebarapa kota besar seperti
Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Bali, Jogya, Semarang dan Medan dan
Palembang.
Sekedar untuk mengingatkan kita kembali
bahwa Freemasonry merupakan nama baru dari sebuah perkumpulan rahasia
penyembah setan tertua, didirikan oleh sembilan orang Yahudi di
Palestina pada 37 M dan dalam perjalanannya yang sangat panjang, pada
tahun 1777 diinfiltrasi oleh Bavarian Illuminati dan akhirnya pada
tanggal 16 Juli 1782 bertempat di Wilhelmsbad dikukuhkan penyatuannya
dengan pengaruh Illuminati mendominasi perkumpulan rahasia tersebut.
Counter culture
Mari kita renungkan bersama firman Allah Azza wa Jalla di bawah ini:
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ“Orang-orang yang beragama Yahudi dan orang-orang yang beragama Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu (orang yang beragama Islam) mengikuti millah mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (Al-Baqarah 2:120)
Yahudi dan Nashrani pada ayat di atas yang
dimaksud adalah ahli kitab yang kafir. Ahli kitab Yahudi kemudian dalam
pengasingan di Assyiria pada k.l. abad ke-enam SM berkolaborasi dengan
para penyembah berhala, penganut agama Sabi’in dan Majusi yang
melahirkan ajaran Yahudi-Qabbalah dengan kitab Taurat yang sudah diubah
dan Talmud, dimana untuk pertamakali Zionisme di gagas.
Yahudi yang dimaksud ayat di atas bukanlah
bangsa demikian juga Nashrani melainkan agama. Pengertian Yahudi sebagai
agama dan bangsa memang merupakan sesuatu hal yang disengaja oleh
pelaku konspirasi dengan tujuan untuk dimanfaatkan dalam merealisasikan
kepentingan dan tujuannya, hal tersebut dilakukan pada tahun 1775,
setahun menjelang Bavarian Illuminati didirikan oleh Adam Weishaupt.
Asal-usul kata Jew atau Yahudi
Sebelumnya kita tidak akan
menemukan kata-kata Yahudi atau Jew dalam kosa-kata bahasa Inggris
dimuat dalam Bibel, kecuali bahasa Latin “Iudaeus” yang
dimasukkan ke dalam bahasa Inggris secara berurutan: “Gyu,” “Giu,” “Iu,”
“Iuu,” “Iuw,” “Ieuu,” “Ieuy,” “Iwe,” “Iow,” “Iewe,” “Ieue,” “Iue,”
“Ive,” “Iew,” dan kemudian akhirnya pada abad ke-18, “Jew.” Banyak padan
kata bahasa Inggris awal untuk kata “Jews” sampai dengan abad ke- 14
adalah “Giwis,” “Giws,” “Gyues,” “Gywes,” “Giwes,” “Geus,” “Iuys,”
“Iows,” “Iouis,” “Iews,” dan kemudian juga pada akhirnya dalam abad
ke-18, “Jews.”
Bukankah dengan dipahaminya kata
Yahudi sebagai bangsa dan agama baik oleh orang Islam maupun manusia
pada umumnya secara sadar atau tidak telah masuk ke dalam perangkap
konspirasi yang memang dengan sengaja untuk mengggiring manusia ke dalam
rencana yang sudah dipersiapkan oleh Albert Pike, ketua Illuminati
Amerika juga The Scottish Rite of Freemasonry yang dalam rencananya
menegaskan sbb:
… “Perang Dunia Ketiga dihasut dengan
memanfaatkan perselisihan-perselisihan antara Politik Zionis dengan Para
Pemimpin Dunia Islam yang digerakkan oleh para agentur Illuminati.
Peperangan diarahkan sedemikian rupa dengan mengadu-domba Islam dengan
Negara Israel) yang akan saling menghancurkan, sementara pada waktu yang
bersamaan negara-negara lainnya, dipecah-belah untuk saling bertentangan
satu-sama lain dalam masalah ini, mereka akan dipaksa untuk berperang
sampai kepada sebuah keadaan keleletihan yang paripurna baik secara
pisik, mental, spiritual maupun ekonomi.” …
Pernyataan tersebut di atas
disampaikan dalam suratnya kepada Giuseppe Mazzini dari Italia, ketua
Illuminati Eropa yang juga pendiri MAFIA (Mazzini Autorizza Furti, Incendi, Avvelenamenti – Mazzini Authorizes Thefts, Arson, Poisoning), pengganti Adam Weishaupt, pada tanggal 15 Agustus 1871.
Masihkah kita tidak menyadari atau tidak mau
tahu, bahkan tidak percaya padahal realitas keseharian kita yang sarat
dengan bukti keberhasilan para pelaku makar atau konspirasi penganut
agama Yahudi-Freemasonry-Illuminati yang sudah sejak jauh-jauh hari
mereka rencanakan yang digambarkan dalam cetak biru mereka The (Decoded) Illuminati’s Protocols of the Learned Elders of Zion atau Protokol Illuminati. Ataukah
menunggu menjadi korban mereka, murtad tanpa sadar sebagaimana yang
dilakukan oleh para useful idiots yang menjadi kaki-tangannya di
berbagai belahan dunia. Nau’udzubillah.
Oleh sebab itu, kaum Muslimin harus terus
memperkuat diri dengan ajaran Islam dan kembali kepada al-Qur’an dan
as-Sunnah dengan menjauhi bid’ah sebagaimana pesan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Tidak boleh lengah atau lalai sedikit pun. Tetap waspada, jangan mudah
termakan dengan pikiran atau paham bebas, karena isme Sekuler semuanya
berasal dari mereka, dan rapatkan barisan, adalah modal kuat untuk
melawan mereka. Dan, tak kalah pentingnya, adalah memperkuat dan
mengembangkan jaringan dan gerakan yang sedang kita bangun!
Allahu’alam
Referensi:
- http://www.swaramuslim.net/
- The (Decoded) Illuminati’s Protocols of the Learned Elders of Zion, oleh Doc Marquis
- Rahasia Gerakan Freemasonry dan Rotary Club oleh Muhammad Fahim Amin, cetakan ke-3, al-Kautsar 1993
- http://www.akhirzaman.info
- 0.001% of the world’s population are responsible for 90% of the pornography, dari: http://iamthewitness.com/DarylBradfordSmith_porn.html
- The Conspirator’s Hierarchy, The Committee of 300, 4th edition, Revised and Updated, oleh Dr. John Coleman, 2006
- Origin of the Word Jew oleh Willie Martin dari: http://www.israelect.com/reference/WillieMartin/OriginoftheWordJew.htm
- The Mafia and Freemasonry, dari: http://www.freemasonrywatch.org/mafia.html
- Terrorism and the Illuminati, A Three Thousand Year History, oleh David Livingstone, 2007
- The The Jacatra Secret , Misteri Satanic Symbols di Jakarta, oleh Rizki Ridyasmara, Cet. I, November 2009 Diambil dari http://empires-islam.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment