Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Tidaklah ada sebuah musibah yang
menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah
(bersabar) niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang
maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghaabun [64] : 11)
Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Di
dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menginformasikan bahwa seluruh musibah
yang menimpa seorang individu di antara umat manusia, baik yang terkait dengan
dirinya, hartanya atau yang lainnya hanya bisa terjadi dengan sebab takdir dari
Allah. Sedangkan ketetapan takdir Allah itu pasti terlaksana tidak bisa
dielakkan. Allah juga menyinggung barang siapa yang tulus mengakui bahwa
musibah ini terjadi dengan ketetapan dan takdir Allah niscaya Allah akan
memberikan taufik kepadanya sehingga mampu untuk merasa ridho dan bersikap
tenang tatkala menghadapinya karena yakin terhadap kebijaksanaan Allah. Sebab
Allah itu maha mengetahui segala hal yang dapat membuat hamba-hambaNya menjadi
baik. Dia juga maha lembut lagi maha penyayang terhadap mereka.” (Al Jadiid,
hal. 313).
Alqamah, salah seorang pembesar tabi’in, mengatakan, “Ayat
ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan dia menyadari
bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridho dan
bersikap pasrah kepada-Nya.”
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah
ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang perkataan Alqamah ini:
“Ini merupakan tafsir dari Alqamah -salah seorang tabi’in (murid
sahabat)- terhadap ayat ini. Ini merupakan penafsiran yang benar dan lurus. Hal
itu disebabkan firman-Nya, ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah
akan memberikan hidayah ke dalam hatinya,’ disebutkan dalam konteks
ditimpakannya musibah sebagai ujian bagi hamba. ‘Barangsiapa yang beriman
kepada Allah,’ artinya ia mengagungkan Allah jalla wa ‘ala dan melaksanakan
perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. ‘Niscaya Allah akan memberikan
hidayah ke dalam hatinya,’ yakni supaya bersabar. ‘Allah akan memberikan
hidayah ke dalam hatinya’ supaya tidak merasa marah dan tidak terima. ‘Allah
akan memberikan hidayah ke dalam hatinya,’ yakni untuk menunaikan berbagai
macam ibadah. Oleh sebab itulah beliau (Alqamah) berkata, ‘Ayat ini berbicara
tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan karena dia menyadari bahwa
musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridho dan bersikap
pasrah kepada-Nya.’ Inilah kandungan iman kepada Allah; ridho dan pasrah kepada
Allah.” (At Tamhiid, hal. 391-392).
0 comments:
Post a Comment