Saling mengunjungi antar-kerabat,
antar-tetangga dan teman baik menjadi aktifitas yang rutin dilakukan ketika
lebaran. Aktifitas ini dibolehkan dalam syari’at bahkan merupakan perbuatan
yang memiliki landasan dalil.
Dengan aktifitas ini, anggota
keluarga dan kerabat pun saling bertemu atau bahkan berkumpul di satu tempat.
Para tetangga pun saling berjumpa satu sama lain, juga dengan teman-teman yang
dikenal. Berangkat dari semua ini, momen lebaran tentunya menjadi kesempatan
tersendiri bagi seorang muslim untuk mempraktekan akhlak karimah, tentunya
tanpa harus melanggar aturan syari’at.
Terlebih lagi bagi para penuntut
ilmu agama dan orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, momen ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa anda
berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bukan
hanya dalam aqidah dan ibadah namun juga dalam akhlak, dan akhlak mulia adalah
hasil dari pelajaran tauhid yang anda terapkan.
Diantara akhlak mulia yang dapat
dipraktekkan antara lain:
Memperbanyak senyum
Wajah yang penuh senyuman adalah
akhlak Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sahabat Jarir bin Abdillah Radhiallahu’anhu
berkisah:
مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مُنْذُ أَسْلَمْتُ، وَلاَ رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي
“Sejak aku masuk Islam,
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah menghindari aku jika aku
ingin bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat beliau kecuali beliau
tersenyum padaku” (HR. Bukhari, no.6089).
Beliau juga memerintahkan hal
tersebut kepada ummatnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
تبسمك في وجه أخيك لك صدقة
“Senyummu terhadap wajah
saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”.
Di-shahih-kan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)
Bermuka cerah dan ramah
Tidak sepatutnya seorang muslim
bermuka masam kepada saudaranya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ
تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau meremehkan
kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap
saudaramu” (HR. Muslim, no. 2626)
Berkata-kata yang baik dan sopan
Allah memerintahkan hamba-Nya
berkata yang baik. Allah Ta’ala berfirman:
>وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“… dan ucapkanlah kata-kata yang
baik kepada manusia” (QS. Al Baqarah: 83)
Para da’i serta penuntut ilmu agama
lebih ditekankan lagi untuk mampu berkata baik dan sopan. Allah Ta’ala
juga berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ
صَالِحًا
“Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
shalih” (QS. Fushilat: 33)
Jika tidak mampu berkata baik, maka
diam itu lebih baik. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ
يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا
أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, janganlah mengganggu tetangganya. Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, muliakanlah tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari 6018, Muslim 47)
Banyak memberi bantuan
Ketika berinteraksi dengan para
kerabat, bersemangatlah memberikan bantuan-bantuan walaupun kecil, seperti
menuangkan minuman pada orang-orang yang lebih tua, membukakan pintu,
memarkirkan kendaraan, membawakan barang para tetamu, dll. Demikianlah akhlak seorang
muslim. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ، وَإِنَّ مِنَ المَعْرُوفِ أَنْ
تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ، وَأَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ
أَخِيكَ
“Setiap perbuatan baik adalah
sedekah. Dan diantara bentuk perbuatan baik itu adalah bermuka cerah kepada
saudaramu, serta menuangkan air ke bejana saudaramu” (HR. Tirmidzi 1970, ia
berkata: “hadits ini hasan shahih”)
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam juga bersabda
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلَّ يَوْمٍ
تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ، يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَيُعِينُ
الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا
مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ
“Setiap persendian manusia
diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya dari mulai matahari terbit.
Mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong seseorang naik
ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya
adalah sedekah…” (HR. Bukhari 2989, Muslim 1009)
Bantuan-bantuan yang anda berikan
kepada kerabat atau saudara anda itu akan menjadi sebab datangnya bantuan Allah
untuk anda kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ
أَخِيهِ
“Pertolongan Allah itu senantiasa
diberikan kepada seorang hamba selama hamba tersebut memberikan pertolongan
kepada saudaranya” (HR. Muslim, no. 2699)
Banyak bersedekah
Keluarga dan kerabat adalah orang
yang lebih utama daripada yang lain untuk mendapatkan sedekah anda. Terutama
bila diantara kerabat anda ada yang tergolong kurang mampu. Allah Ta’ala
berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ
ذِي الْقُرْبَى
“Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat … “
(QS. An Nahl: 90)
Orang yang bersedekah akan
dilipat-gandakan pahalanya. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا
اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang
bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka;
dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
Sedekah juga bisa menghapus
dosa-dosa anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa
sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Bersalaman
Ketika bertemu dengan kerabat,
sambutlah ia dengan jabatan erat tangan anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ
غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَاَ
“Tidaklah dua orang muslim yang
bertemu lalu berjabat tangan, melainkan dosa keduanya sudah diampuni sebelum
mereka berpisah” (HR. Abu Dawud no. 5.212 dan at-Tirmidzi no. 2.727,
dishahihkan oleh al-Albani)
Namun perlu menjadi catatan, anda
tidak diperkenankan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram anda,
walaupun ia termasuk kerabat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
لَأَنْ يُطْعَنُ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ
حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
“Andai kepala salah seorang dari
kalian ditusuk dengan jarum besi, itu masih lebih baik daripada ia menyentuh
wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.
4544, dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)
Anda bisa memberikan anggukan,
senyuman atau isyarat lain yang bisa menggantikan fungsi jabat tangan menurut
adat di tempat anda.
Tawadhu’ dan tidak pamer kekayaan
Ketika berkumpul di tengah banyak
orang, seringkali hati kita mengajak untuk pamer harta dan kelebihan yang ia
miliki. Ini adalah sifat yang tercela. Allah Ta’ala berfirman:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ كَلَّا
سَوْفَ تَعْلَمُونَ
“Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur, Janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)” (QS. At Takatsur 1-3)
Sebaliknya, seorang muslim itu
hendaknya bersikap tawadhu’ (rendah hati). Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا
بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidak akan mengurangi
harta seseorang. Allah akan menambahkan kewibawaan seseorang hamba yang pemaaf.
Tidaklah seorang hamba itu bersikap tawadhu kecuali Allah akan tinggikan ia”
(HR. Muslim, no.2588)
Sifat suka pamer, sombong dan tidak tawadhu
itu akan menumbuhkan kedengkian, persaingan dan bahkan kezhaliman. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا
يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sungguh Allah mewahyukan
kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang
berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zhalim pada
yang lain” (HR. Muslim no. 2865)” (HR. Muslim no. 2865)
Memperbanyak salam
Menebar salam lebih baik dari
sapaan-sapaan gaul atau pun greets ala barat. Karena saling mengucapkan
salam akan menumbuhkan kecintaan terhadap hati sesama muslim serta dengan
sendirinya membuat suasana Islami di tengah kerabat dan keluarga anda.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا. ولا تؤمنوا حتى تحابوا أولا أدلكم
على شيء إذا فعلتموه تحاببتم ؟ أفشوا السلام بينكم
“Tidak akan masuk surga hingga
kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai.
Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling
mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim, no.54)
Sesekali bercanda untuk mencairkan
suasana
Bercanda untuk mencairkan suasana
agar timbul kedekatan dan terikatnya silaturahim adalah hal yang dianjurkan.
Selama bercanda ini tidak dijadikan kebiasaan atau terlalu sering dilakukan.
Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun terkadang bercanda.
Sahabat Anas ibnu Malik berkisah,
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم يستحمله فقال أنا حاملك
على ولد ناقة قال يا رسول الله وما أصنع بولد ناقة فقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم وهل تلد الإبل إلا النوق
“Seseorang datang kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam meminta beliau memboncengnya, lalu Nabi berkata, ‘Saya
akan menaikkanmu di atas anak unta betina!’ (padahal yang dimaksud adalah unta
dewasa). Orang itu berkata, ‘Wahai Rasulullah! Apa yang dapat saya lakukan
terhadap anak unta betina?’ Rasulullah menjawab,’Bukankah setiap unta yang
dilahirkan itu disebut anak unta?’ (HR. Abu Daud no.4998, di-shahih-kan Al
Albani dalam Shahih Abi Daud)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia
berkata:
قالوا : يا رسول الله إنك تداعبنا قال إني لا أقول إلا حقا
“Para sahabat berkata: ‘Wahai
Rasulullah! Sungguh engkau terkadang mencandai kami’. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pun bersabda, “Sungguh aku tidak akan berkata kecuali kebenaran”
(HR. Tirmidzi, no.1990, ia berkata: “Hasan shahih”)
Dari Bakr bin Abdillah, ia berkata,
انَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَبَادَحُونَ
بِالْبِطِّيخِ، فَإِذَا كَانَتِ الْحَقَائِقُ كَانُوا هُمُ الرِّجَالَ
“Para sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pernah saling melempar kulit semangka, padahal mereka adalah
sebenarnya mereka adalah orang-orang terhormat” (HR. Bukhari dalam Adabul
Mufrad 226, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad)
Mendahulukan orang lain dalam
perkara non-ibadah
Kita diperintahkan untuk
berlomba-lomba untuk dalam perkara ibadah dan kebaikan akhirat, namun dalam
perkara duniawi, keuntungan dunia, kesenangan dunia, yang lebih utama adalah
mendahulukan orang lain dan membiarkan orang lain menikmatinya lebih dahulu
daripada kita. Allah Ta’ala memuji kaum Anshar:
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ
خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang
beruntung” (QS. Al Hasyr: 9)
Jika anda menyukai untuk mendapatkan
sesuatu yang bagus, dan anda juga senang bila saudara anda semuslim bisa
mendapatkannya, itulah salah satu tanda keimanan anda. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
“Tidak beriman seseorang hingga
mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya” (HR. Bukhari
no.13, Muslim no.45)
Memuliakan tamu
Ketika anda dikunjungi kerabat, anda
sebagai tuan rumah hendaknya memuliakan mereka yang berstatus sebagai tamu.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ
يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا
أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, janganlah mengganggu tetangganya. Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, muliakanlah tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari 6018, Muslim 47)
Menjaga pandangan
Terkadang ada sebagian kerabat atau
keluarga kita yang tidak menutup auratnya dengan baik atau membawa hal-hal yang
tidak sepatutnya dilihat. Allah Ta’ala memerintahkan kaum lelaki yang
beriman untuk menjaga pandangan mereka dari yang haram:
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat“. (QS. An Nuur: 30)
Kepada kaum wanita yang beriman,
selain diperintahkan juga untuk menjaga pandangan juga diperintahkan untuk
memakai busana muslimah yang syar’i agar kaum lekaki bisa menjaga pandangan
mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ
وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ
إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ
أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي
إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ
أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا
يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا
إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung” (QS. An Nuur: 31)
Saling menasehati dalam kebaikan
Ketika bertemu dengan keluarga dan
kerabat, itu adalah kesempatan emas untuk mendakwahkan mereka kepada agama yang
benar sesuai dengan Al Qur’an, sunnah serta pemahaman para salaf. Jangan buang
kesempatan ini, walaupun itu sekedar memberikan majalah, memberikan info channel
radio sunnah, website sunnah, menghadiahkan jilbab yang lebar, mengajak
shalat, mengajak berzakat atau semacamnya. Karena Islam adalah agama nasehat,
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الدين النصيحة قلنا : لمن ؟ قال : لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة
المسلمين وعامتهم
“Agama adalah nasehat”. Para
sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya,
Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Muslim,
55)
Ilmu yang anda sampaikan sekecil
apapun akan menjadi amal jariyah anda yang terus mengalir kelak jika
orang yang dakwahkan senantiasa mengamalkan dan mendakwakannya lagi kepada
orang lain. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أو علم
ينتفع به أو ولد صالح يدعو له
“Jika seorang manusia mati,
terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya” (HR. Muslim no.1631)
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam juga bersabda:
من دل على خير كان له مثل أجر فاعله
“Barangsiapa menunjukkan kepada
suatu kebaikan, ia akan mendapatkan pahala orang yang melakukannya” (HR.
Muslim no.1893)
Demikianlah beberapa akhlak mulia
yang bisa anda praktekan ketika momen lebaran. Semoga Allah menolong kita untuk
dapat menerapkan akhlak mulia ini sehingga menjadi hamba-Nya yang sempurna
imannya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا
“Orang beriman yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaq-nya” (HR.
Tirmidzi no.1162, ia berkata: “Hasan shahih”)
—
Penulis: Yulian Purnama
Diambil dari: http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/momen-lebaran-kesempatan-mempraktekan-akhlak-karimah.html
Diambil dari: http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/momen-lebaran-kesempatan-mempraktekan-akhlak-karimah.html
0 comments:
Post a Comment