Friday, September 13, 2013

Memahami dan pengaruh tarbiyah dari Al-Qur’an






Pendahuluan


                Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada umat ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad Saw. yang tidak ada nabi setelahnya. sebagai contoh dan panutan yang paling baik bagi seluruh umat manusia.
          Alhamdulillah kami dapat menyusun Makalah dengan tema "Al-Qur’an: memahami dan pengaruh tarbiyah dari Al’-Qur’an” Walaupun kami sadari masih banyak kekurangan yang belum bisa kami tutupi dalam pembuatannya. Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan terutama penyusun dan semoga makalah ini dapat menjadi pelengkap nilai dalam mata kuliah PAI .
          Saran dan masukkan sangat kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.


Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.





                               Bogor,  maret  2013
Penyusun

 DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………01
Daftar isi………………………………………………………………………..02

         Bab I     
Pendahuluan ……………………………………………………………….      03
Latar belakang ……………………………………………………………...     03
Tujuan masalah………………………………………………………………    03

Bab II

A.    Definisi dari Al-Qur’an…….……………………………………………   04       

B.     Tadabbur Al-Qur’an………………….……………………………            06

C.     10 kunci memahami Al-Qur’an..………………………………………      07

D.    Pengaruh tarbiyah dari Al-Qur’an………………………………………    11

Kesimpulan…………………………………………………………………….15
Penutup ………………………………………………………………………  16
Daftar pustaka……………………………………………………………...      17



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi dari Al-Qur’an

Syaikh Manna Al-Qathan mendefinisikan al-Qur’an Yaitu[1]“Qara’a” memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan wa qur’anan. Allah menjelaskan:
  
“ Sesungguhnya kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan (dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan perantaraan jibril), maka bacalah menurut bacaannya itu.”(Al-qiyamah:17-18)

            Qur’anah disini berarti qira’ah (bacaan atau cara membcanya). Jadi kata itu adalah akar kata (masdar) menurut wajan (tashrif)dari kata fu’lan seperti “ghufran” dan “syukron”. Anda dapat mengatakan ; qara’tuhu, qur’an, qira’atan, dan qur’anan, dengan satu makna. Dalam konteks ini maqru’(yang dibaca, sama dengan qur’an) yaitu satu penamaan isim maf’ul dengan masdar.
            Secara khusus Al-Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Maka, jadilah ia sebagai sebuah identitas diri.
            Dan sebutan al-qur’an tidak terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagianipada ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya. Maka, jika anda mendengar satu ayat Al-Quran dibaca misalnya, anda dibenarkan mengatakan sipembaca itu membaca Al-Qur’an.

“Dan apabila Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaannya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.”(Al-A’raf:204)

Al-Qur’an adalah syariat Islam yang bersifat menyeluruh. Ia merupakan sumber dan rujukan yang pertama bagi syari’at, karena di dalamnya terdapat kaidah-kaidah yang bersifat global beserta rinciannya. Oleh karena itu, Abdullah bin umar berkata : “Barang siapa hafal Al-Qur’an, maka ia telah memeperoleh keagungan, lantaran seakan-akan ia memperoleh status kenabian hanya saja ia tidak mendapat wahyu.”

Ibnu hazm berkata : “ Setiap bab dalam Fiqh, pasti mempunyai landasan dalam Al-Qur’an yang dijelaskan dalam As-Sunnah, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-An’am ayat 38
 
“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.[2]
“Yakni, setiap peristiwa, pasti terdapat hukumnya dalam Al-Qur’an.” Jika Al-Qur’an merupakan syari’at Islam yang bersifat menyeluruh, maka mayoritas penjelasannya adalah bersifat global, dan sedikit sekali yang terinci.


B.     TADABBUR AL-QUR’AN  (Memahami Al-Qur’an dengan menyeluruh)
a.    Makna Tadabbur

Al-Maidani mengatakan : “ tadabbur adalah perenungan yang menyeluruh yang menghubungkan kepada maksud sebuah ungkapan dan makna-maknanya yang sangat mendalam. Adapun makna Tadabur Al-Qur’an adalah : perenungan dan pencermatan ayat-ayat Al-Qur’an untuk tujuan dipahami, diketahui makan-maknanya, hikmah-hikmah serta maksudnya.

b.   Tanda-tanda Tadabbur
Allah telah menyebutkan dalam Al-Qur’an berkaitan dengan tanda-tanda dan sifat-sifat yang menunjukan hakikat tadabbur Al-Qur’an, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Quran surat Al-maidah ayat 83
 
“ Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul(Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri);seraya berkata: “ya Tuhan, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad s.a.w) 

     Dan Allah Subhanahuwata’ala berfirman dalam QS. Maryam ayat 58

“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang maha pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis

Dari ayat-ayat diatas dapat disimpulkan tujuh tanda tadabbur Al-Qur’an:
1.      Menyatunya hati dan pikiran ketika membaca Al-Qur’an.
2.      Menangis karena takut kepada Allah
3.      Bertambahnya kekhusuan
4.      Bertambahnya Iman
5.      Merasa bahagia dan gembira
6.      Gemetar karena takut kepada Allah.
7.      Bersujud sebagai bentuk Pengagungan terhadap Allah subhanahu wata’ala.

     Barang siapa yang mendapatkan salah satu atau lebih dari sifat-sifat tersebut, maka sesungguhnya ia telah mencapai kondisi Tadabbur dan Tafakkur (perenungan). Dan barang siapa yang belum mendapatkan salah satu dari sifat-sifat tersebut, maka sesungguhnya ia telah terhalang untuk mentadabburi al-Qur’an.
c.    halangan terhadap tadabbur

                  Tiga hal yang sering memalingkan atau menghalangi kita untuk mentadabburi Al-Qur’an, merenungkan dan mengingat-mengingat kandungannya yang agung. Tiga hal tersebut adalah:

1.      Pemahaman Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an susah dipahami

     Keyakinan ini adalah sebuah keyakinan yang keliru yang menghalangi kita terhadap tadabbur Al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Al-Qomar ayat 17

“ Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran”.


     Ayat ini adalah janji sekaligus kabar gembira untuk siapa saja yang ingin mempelajari Al-Qur’an bahwa Allah akan berikan kemudahan, tinggal kita sebagai orang yang beriman mau atau tidak untuk lebih bermuhajadah dalam interaksi bersama Al-Qur’an. Iama Ibnu Rahim Rahimahullah mengatakan : barang siapa yang mengatakan” Sesungguhnya Al-Qur’an memiliki takwil yang tidak kita pahami dan kita ketahui, kita hanya membaca lafadz-lafadznya sebagai bentuk Ta’abuddi (beribadah saja)” maka sesungguhnya dalam hatinya terdapat penyimpangan. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

2.       Keyakinan bahwa hanya para  ulama orang yang berhak untuk mentadabburi Al-Qur’an
     Ini adalah keyakinan yang rancu dan bertentangan dengan diturunkannya Al-Qur’an itu sendiri . Al-Qur’an diturunkan sebagai kitab tarbiyah, petunjuk jalan dan pegangan bagi manusia, maka bagaimana mungkin bila Al-Qur’an yang mulia ini hanya ditunjukan bagi orang-orang tertentu atau segelincir orang . Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an  surat Muhammad ayat 24

“ Maka apakkah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci”

     Allah Ta’ala dalam ayat ini mengaitkan tentang orang yang tidak mentadabburi Al-Qur’an dengan hati yang terkunci, dan pemahaman terbaliknya adalah bahwa siapa yang mau mentadabburi Al-Qur’an dengan hati yang terkunci, dan pemahaman terbaliknya adalah bahwa siapa yang mau mentadabburi Al-Qur’an hatinya akan hidup dan bercahaya dengan hidayah Allah. Maka apakah hati hanyadimiliki oleh para Ulama.

3.      Was-was dari syaithon
     Al-Imam Ibnu Hubairah rahimahullah berkata: Diantara tipu daya syaithon adalah menauhkan hamba-hamba Allah dari tadabbur Al-Qur’an. Sebab syaithontahu bahwa hidayah itu ada ketika seorang hamba bertadabbur Al-Qur’an. Syaithon akan berkata: “ini sangat berbahaya” sehingga manusia kan berkata” saya tidak mau berbicara dengan Al-Qur’an” Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 98 :
  
“apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dikatakan : kalimat ini merupakan perintah dari Allah Subhanahuwataala kepada hamba-hamba-Nya melalui lisan Nabi-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu jika mereka akan membacakan Al-Qur’an maka hendaklah mereka meminta perlindungan kepada Allah Subhanahuwataala dari godaan syaithon yang terkutuk. Shufyan Ats-Tsauri mengatakan, bahwa syaithon itu tidak memiliki kekuasaan atas mereka (orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya) sebaliknya syaithon menggelincirkan manusia disebabkan dosa-dosa yang mereka kerjakan
        C.    10 kunci Tadabbur
Terdapat sepuluh kunci – kunci  tadabbur Al-Qur’an yang terangkum dalam ungkapan “Al Ishalhu tartadji” ( untuk perbaikan yang diharapkan)
1.      Hati
Bahwa hati adalah alat untuk memahami Al-Qur’an sedangkan hati berada di tangan Allah Ta’ala yang dibolak-balikkan sesuai dengan kehendak-Nya untuk dibukakan hatinya guna memahami Al-Qur’an sehingga ia dapat menggali kandungan dan isinya.
2.      Tujuan atau Urgensi
Yakni selalu menghadirkan apa tujuan membaca al-qur’an atau kenapa kita membaca Al-Qur’an
3.      Shalat
Hendaklah setiap kita mendawamkan membaca Al-Qur’an ketika shalat.
4.      Malam
Hendaklah setiap kita membaca Al.-Qur’an dan shalat di waktu malam , yakni di saat hening dan konsentrasi.
5.      Satu pecan
Yakni hendaklah kita menghatamkan Al-Qur’an dalam setiap pecan
6.      Dengan hafalan
Hendaklah kita membacanya dengan hafalan di luar kepaa sehingga mendapatkan pemusatan yang sempurna dan kesan yang mendalam ketika membacanya.
7.      Mengulang – ulang
Mengulang – ulang atau memurojaah agar hafalan semakin lancar dan menjadi kuat
8.      Mengaitkan
Yakni kita senantiasa mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan realita kita dan cara pandang kita dalam kehidupan.
9.      Tartil
Yakni tartil dalam membaca Al-Qur’an dan tidak tergesa-gesa. Sebab tujuan membaca adalah memahami bukan mengejar kuantita. Permasalahan inilah yang sering dialami mayoritas kaum muslimin, karena tergesa-gesa ini kita akan kehilangan kebaikan.
10.  Keras
Yakni keras atau nyaring sehingga terdengar ketika dalam membaca Al-Qur’an  untuk menambah kekuatan konsentrasi sehingga memperoleh dua sisi. Sisi bentuk dan sisi suara.




        D.    PENGARUH  TARBIYAH  DARI  AL-QUR’AN

     Proses belajar mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa, pengembangan potensi akal, jiwa dan jasmaniyahnya dengan metode yang dapat membawanya kearah kebaikan, dan keterbimbingan.
     Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap itu kita melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan kedua asas tersebut seperti yang kami sebutkan tadi. Sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh kokoh diatas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan uamat manusia seluruhnya dengan izin Tuhannya. Pentahapan turunnya Al-qur’an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia dalam upaya menghafal Al-Qur’an, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya dan mengamalkan apa yang dikandungnya.
     Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang pertama kali didapati perintah untuk membaca dan belajar dengan alat tulis (iqra’) terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5

Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam.” [3]

     Demikian pula dalam turunnya ayat-ayat tentang riba dan warisan dalam masalah harta kekayaan, atau turunnya ayat-ayat tentang peperangan untuk membedakan secara tegas antara Islam dengan kemusyrikan. Diantara itu semua, terdapat tahapan-tahapan pendidikan yang mempunyai berbagai cara yang sesuai dengan tingkat pertkembangan masyrakat Islam, dari kondisi lemah menjadi kuat dan tangguh.
    Sistem belajar mengajar yang tidak memperhatikan tingkat pemikiran siswa dalam tahap-tahap pengajaran, pembinaan bagian-bagian ilmu diatas sesuatu yang bersifat menteluruh dan mutlak, serta dari yang umum menjadi yang lebih khusus; atau tidak memperhatikan pertumbuhan aspek-aspek kepribadian yang bersifat intelektual, ruhani dan jasmani, maka ia adalah system pendidikan yang gagal dan tidak akan memberi hasil ilmu pengetahuan kepada umat, selain hanya menambah kebekuan dan kemunduran.
     Demkian halnya guru yang tidak memberikan kepada para siswanya porsi materi ilmiah yang sesuai, dan hanya menambah beban kepada mereka diluar kesanggupannya untuk menghafal dan memahami, atau berbicara kepada mereka dengan sesuatu yang tidak mereka jangkau, atau tidak memperhatikan keadaan mereka dengan sesuatu yang tidak dapat mereka jangkau, atau tidak memperhatikan keadaan mereka dalam upaya terapi terhadap keganjilan perilaku atau kebiasaan buruk murid, lalu dia bersikap kasar dan keras, dan menanganinya dengan tergesa-gesa, tidak bertahap dan tidak bijaksana, maka guru itu juga termasuk guru yang gagal. Dia telah mengubah proses belajar mengajar menjadi petualangan menyesatkan yang mengerikan, dan ruang belajar menjadi tempat yang tidak lagi disenangi.
            Begitu pula halnya dengan buku pelajaran. Materi pelajaran yang tidak sistematis, tidak bertahap dalam penyajian pengetahuannya dari yang mudah kepada yang lebih sukar, dari yang parsial kepada yang konfrehensif, tidak relevan, dan gaya bahasanya tidak jelas dan tidak mudah dipahami, maka buku ini tidak akan membuat siswa dapat mengambil manfaat apa-apa darinya. Petunjuk Ilahi tentang hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap merupakan contoh paling baik dalam menyususn kerikulum pengajaran, memilih metode, dan menyususn buku pelajaran.


PENUTUP
Demikian materi makalah “Al-Qur’an:memahami dan pengaruh tarbiyah dari Al-Qur’an”yang dapat kami suguhkan, semoga dengan uraian sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya selaku penyusun dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ustad Saefurrohim Lc. M.A, Dosen  mata kuliah MAteri PAI yang telah memberikan tugas makalah sehingga penyusun mendapat pengalaman dan pengetahuan baru mengenai Al-Qur’an dan  tarbiyah dari Al-qur’an. Semoga dengan ini kita semua dapat meningkatkan kualitas ilmu kita secara maksimal sehingga kita menjadi hamba Alloh yang bermanfaat dengan ijin-Nya.


      DAFTAR PUSTAKA
1.      Al-Qur’an In- word
2.      Al-Qathtan manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2011
3.      Abdurrahim, Subhan,  Diktat Tadabbur Al-Qur’an , Cibinong : At-Tazkia 2009
4.      Abu Zahro, Muhammad , Ushul Fiqih Jakarta:Pustaka Firdaus. 2003





[1] Syaikh manna Al-Qathtan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2011, hlm-16
[2]Al-Quran Terjemahan, Depag, 2007
[3]Al-Qur’an terjemah, Depag, 2007 , hlm-597

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
- See more at: http://tutorial89.blogspot.com/2014/08/cara-mudah-membuat-tombol-share-di.html#sthash.naEXoN8D.dpuf