Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah
kepada umat ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada nabi kita
Muhammad Saw. yang tidak ada nabi setelahnya. sebagai contoh dan panutan yang
paling baik bagi seluruh umat manusia.
Alhamdulillah
kami dapat menyusun Makalah dengan tema "Al-Qur’an: memahami dan pengaruh tarbiyah dari Al’-Qur’an” Walaupun
kami sadari masih banyak kekurangan yang belum bisa kami tutupi dalam
pembuatannya. Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca dan terutama penyusun dan semoga makalah ini dapat
menjadi pelengkap nilai dalam mata kuliah PAI
.
Saran
dan masukkan sangat kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik di masa yang
akan datang. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Amin.
Wassalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Bogor,
maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………01
Daftar isi………………………………………………………………………..02
Bab I
Pendahuluan ………………………………………………………………. 03
Latar belakang ……………………………………………………………... 03
Tujuan masalah……………………………………………………………… 03
Bab II
A.
Definisi dari
Al-Qur’an…….…………………………………………… 04
B.
Tadabbur
Al-Qur’an………………….…………………………… 06
C.
10 kunci memahami
Al-Qur’an..……………………………………… 07
D.
Pengaruh tarbiyah
dari Al-Qur’an……………………………………… 11
Kesimpulan…………………………………………………………………….15
Penutup ………………………………………………………………………
16
Daftar pustaka……………………………………………………………... 17
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi dari Al-Qur’an
Syaikh Manna
Al-Qathan mendefinisikan al-Qur’an Yaitu[1]“Qara’a”
memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai
huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang
teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata
(masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan wa qur’anan. Allah menjelaskan:
“ Sesungguhnya
kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan (dalam dadamu) dan membacakannya
(pada lidahmu). Maka apabila kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu,
dengan perantaraan jibril), maka bacalah menurut bacaannya
itu.”(Al-qiyamah:17-18)
Qur’anah disini berarti qira’ah
(bacaan atau cara membcanya). Jadi kata itu adalah akar kata (masdar) menurut
wajan (tashrif)dari kata fu’lan seperti “ghufran” dan “syukron”. Anda dapat
mengatakan ; qara’tuhu, qur’an, qira’atan, dan qur’anan, dengan satu makna.
Dalam konteks ini maqru’(yang dibaca, sama dengan qur’an) yaitu satu penamaan
isim maf’ul dengan masdar.
Secara khusus Al-Qur’an menjadi nama
bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Maka, jadilah ia
sebagai sebuah identitas diri.
Dan sebutan al-qur’an tidak terbatas
pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagianipada
ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya. Maka, jika anda mendengar satu ayat
Al-Quran dibaca misalnya, anda dibenarkan mengatakan sipembaca itu membaca
Al-Qur’an.
“Dan apabila
Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaannya dan diamlah, supaya kamu
mendapat rahmat.”(Al-A’raf:204)
Al-Qur’an
adalah syariat Islam yang bersifat menyeluruh. Ia merupakan sumber dan rujukan
yang pertama bagi syari’at, karena di dalamnya terdapat kaidah-kaidah yang
bersifat global beserta rinciannya. Oleh karena itu, Abdullah bin umar berkata
: “Barang siapa hafal Al-Qur’an, maka ia telah memeperoleh keagungan, lantaran
seakan-akan ia memperoleh status kenabian hanya saja ia tidak mendapat wahyu.”
Ibnu hazm
berkata : “ Setiap bab dalam Fiqh, pasti mempunyai landasan dalam Al-Qur’an yang
dijelaskan dalam As-Sunnah, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam
surat Al-An’am ayat 38
“Dan Tiadalah
binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun
dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.[2]
“Yakni, setiap peristiwa, pasti terdapat hukumnya dalam
Al-Qur’an.” Jika Al-Qur’an merupakan syari’at Islam yang bersifat menyeluruh,
maka mayoritas penjelasannya adalah bersifat global, dan sedikit sekali yang
terinci.
B.
TADABBUR AL-QUR’AN (Memahami
Al-Qur’an dengan menyeluruh)
a. Makna
Tadabbur
Al-Maidani
mengatakan : “ tadabbur adalah perenungan yang menyeluruh yang menghubungkan
kepada maksud sebuah ungkapan dan makna-maknanya yang sangat mendalam. Adapun
makna Tadabur Al-Qur’an adalah : perenungan dan pencermatan ayat-ayat Al-Qur’an
untuk tujuan dipahami, diketahui makan-maknanya, hikmah-hikmah serta maksudnya.
b. Tanda-tanda
Tadabbur
Allah telah
menyebutkan dalam Al-Qur’an berkaitan dengan tanda-tanda dan sifat-sifat yang
menunjukan hakikat tadabbur Al-Qur’an, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam
Al-Quran surat Al-maidah ayat 83
“
Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul(Muhammad),
kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-qur’an)
yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri);seraya berkata: “ya
Tuhan, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi
saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad s.a.w)
Dan Allah Subhanahuwata’ala berfirman
dalam QS. Maryam ayat 58
“Apabila
dibacakan ayat-ayat Allah yang maha pemurah kepada mereka, maka mereka
menyungkur dengan bersujud dan menangis
Dari
ayat-ayat diatas dapat disimpulkan tujuh tanda tadabbur Al-Qur’an:
1.
Menyatunya hati dan pikiran ketika membaca Al-Qur’an.
2.
Menangis karena takut kepada Allah
3.
Bertambahnya kekhusuan
4.
Bertambahnya Iman
5.
Merasa bahagia dan gembira
6.
Gemetar karena takut kepada Allah.
7.
Bersujud sebagai bentuk Pengagungan terhadap Allah subhanahu
wata’ala.
Barang siapa yang mendapatkan salah satu
atau lebih dari sifat-sifat tersebut, maka sesungguhnya ia telah mencapai
kondisi Tadabbur dan Tafakkur (perenungan). Dan barang siapa yang belum
mendapatkan salah satu dari sifat-sifat tersebut, maka sesungguhnya ia telah
terhalang untuk mentadabburi al-Qur’an.
c. halangan
terhadap tadabbur
Tiga hal yang sering memalingkan atau menghalangi kita untuk
mentadabburi Al-Qur’an, merenungkan dan mengingat-mengingat kandungannya yang
agung. Tiga hal tersebut adalah:
1.
Pemahaman Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an susah dipahami
Keyakinan ini adalah
sebuah keyakinan yang keliru yang menghalangi kita terhadap tadabbur Al-Qur’an,
Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Al-Qomar ayat 17
“ Dan
sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mau mengambil pelajaran”.
Ayat ini adalah janji sekaligus kabar
gembira untuk siapa saja yang ingin mempelajari Al-Qur’an bahwa Allah akan
berikan kemudahan, tinggal kita sebagai orang yang beriman mau atau tidak untuk
lebih bermuhajadah dalam interaksi bersama Al-Qur’an. Iama Ibnu Rahim
Rahimahullah mengatakan : barang siapa yang mengatakan” Sesungguhnya Al-Qur’an
memiliki takwil yang tidak kita pahami dan kita ketahui, kita hanya membaca
lafadz-lafadznya sebagai bentuk Ta’abuddi (beribadah saja)” maka sesungguhnya
dalam hatinya terdapat penyimpangan. Maka adakah orang yang mau mengambil
pelajaran?
2.
Keyakinan bahwa hanya
para ulama orang yang berhak untuk
mentadabburi Al-Qur’an
Ini adalah keyakinan
yang rancu dan bertentangan dengan diturunkannya Al-Qur’an itu sendiri .
Al-Qur’an diturunkan sebagai kitab tarbiyah, petunjuk jalan dan pegangan bagi
manusia, maka bagaimana mungkin bila Al-Qur’an yang mulia ini hanya ditunjukan
bagi orang-orang tertentu atau segelincir orang . Allah Subhanahu wata’ala
berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad
ayat 24
“
Maka apakkah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci”
Allah Ta’ala dalam ayat
ini mengaitkan tentang orang yang tidak mentadabburi Al-Qur’an dengan hati yang
terkunci, dan pemahaman terbaliknya adalah bahwa siapa yang mau mentadabburi
Al-Qur’an dengan hati yang terkunci, dan pemahaman terbaliknya adalah bahwa
siapa yang mau mentadabburi Al-Qur’an hatinya akan hidup dan bercahaya dengan
hidayah Allah. Maka apakah hati hanyadimiliki oleh para Ulama.
3.
Was-was dari syaithon
Al-Imam Ibnu Hubairah
rahimahullah berkata: Diantara tipu daya syaithon adalah menauhkan hamba-hamba
Allah dari tadabbur Al-Qur’an. Sebab syaithontahu bahwa hidayah itu ada ketika
seorang hamba bertadabbur Al-Qur’an. Syaithon akan berkata: “ini sangat
berbahaya” sehingga manusia kan berkata” saya tidak mau berbicara dengan Al-Qur’an”
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 98 :
“apabila
kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dikatakan :
kalimat ini merupakan perintah dari Allah Subhanahuwataala kepada
hamba-hamba-Nya melalui lisan Nabi-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam, yaitu jika mereka akan membacakan Al-Qur’an maka hendaklah mereka
meminta perlindungan kepada Allah Subhanahuwataala dari godaan syaithon yang
terkutuk. Shufyan Ats-Tsauri mengatakan, bahwa syaithon itu tidak memiliki
kekuasaan atas mereka (orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya)
sebaliknya syaithon menggelincirkan manusia disebabkan dosa-dosa yang mereka
kerjakan
C. 10
kunci Tadabbur
Terdapat sepuluh kunci – kunci
tadabbur Al-Qur’an yang terangkum dalam ungkapan “Al Ishalhu
tartadji” ( untuk perbaikan yang diharapkan)
1.
Hati
Bahwa hati adalah alat untuk memahami Al-Qur’an sedangkan hati
berada di tangan Allah Ta’ala yang dibolak-balikkan sesuai dengan kehendak-Nya
untuk dibukakan hatinya guna memahami Al-Qur’an sehingga ia dapat menggali
kandungan dan isinya.
2.
Tujuan atau Urgensi
Yakni selalu menghadirkan apa tujuan membaca al-qur’an atau kenapa
kita membaca Al-Qur’an
3.
Shalat
Hendaklah setiap kita mendawamkan membaca Al-Qur’an ketika shalat.
4.
Malam
Hendaklah setiap kita membaca Al.-Qur’an dan shalat di waktu malam
, yakni di saat hening dan konsentrasi.
5.
Satu pecan
Yakni hendaklah kita menghatamkan Al-Qur’an dalam setiap pecan
6.
Dengan hafalan
Hendaklah kita membacanya dengan hafalan di luar kepaa sehingga
mendapatkan pemusatan yang sempurna dan kesan yang mendalam ketika membacanya.
7.
Mengulang – ulang
Mengulang – ulang atau memurojaah agar hafalan semakin lancar dan
menjadi kuat
8.
Mengaitkan
Yakni kita senantiasa mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan realita
kita dan cara pandang kita dalam kehidupan.
9.
Tartil
Yakni tartil dalam membaca Al-Qur’an dan tidak tergesa-gesa. Sebab
tujuan membaca adalah memahami bukan mengejar kuantita. Permasalahan inilah
yang sering dialami mayoritas kaum muslimin, karena tergesa-gesa ini kita akan
kehilangan kebaikan.
10.
Keras
Yakni keras atau nyaring sehingga terdengar ketika dalam membaca
Al-Qur’an untuk menambah kekuatan
konsentrasi sehingga memperoleh dua sisi. Sisi bentuk dan sisi suara.
D. PENGARUH TARBIYAH
DARI AL-QUR’AN
Proses belajar mengajar
itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa,
pengembangan potensi akal, jiwa dan jasmaniyahnya dengan metode yang dapat
membawanya kearah kebaikan, dan keterbimbingan.
Dalam hikmah turunnya
Al-Qur’an secara bertahap itu kita melihat adanya suatu metode yang berfaedah
bagi kita dalam mengaplikasikan kedua asas tersebut seperti yang kami sebutkan
tadi. Sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat islam
secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan
perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sehingga
jiwa itu tumbuh kokoh diatas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang
baik bagi kebaikan uamat manusia seluruhnya dengan izin Tuhannya. Pentahapan
turunnya Al-qur’an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia
dalam upaya menghafal Al-Qur’an, memahami, mempelajari, memikirkan
makna-maknanya dan mengamalkan apa yang dikandungnya.
Diantara ayat-ayat
Al-Qur’an yang pertama kali didapati perintah untuk membaca dan belajar dengan
alat tulis (iqra’) terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5
“Bacalah
dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah yang
mengajar manusia dengan perantaraan kalam.” [3]
Demikian pula dalam
turunnya ayat-ayat tentang riba dan warisan dalam masalah harta kekayaan, atau
turunnya ayat-ayat tentang peperangan untuk membedakan secara tegas antara
Islam dengan kemusyrikan. Diantara itu semua, terdapat tahapan-tahapan
pendidikan yang mempunyai berbagai cara yang sesuai dengan tingkat
pertkembangan masyrakat Islam, dari kondisi lemah menjadi kuat dan tangguh.
Sistem belajar mengajar
yang tidak memperhatikan tingkat pemikiran siswa dalam tahap-tahap pengajaran,
pembinaan bagian-bagian ilmu diatas sesuatu yang bersifat menteluruh dan
mutlak, serta dari yang umum menjadi yang lebih khusus; atau tidak
memperhatikan pertumbuhan aspek-aspek kepribadian yang bersifat intelektual, ruhani
dan jasmani, maka ia adalah system pendidikan yang gagal dan tidak akan memberi
hasil ilmu pengetahuan kepada umat, selain hanya menambah kebekuan dan
kemunduran.
Demkian halnya guru yang
tidak memberikan kepada para siswanya porsi materi ilmiah yang sesuai, dan
hanya menambah beban kepada mereka diluar kesanggupannya untuk menghafal dan
memahami, atau berbicara kepada mereka dengan sesuatu yang tidak mereka
jangkau, atau tidak memperhatikan keadaan mereka dengan sesuatu yang tidak
dapat mereka jangkau, atau tidak memperhatikan keadaan mereka dalam upaya
terapi terhadap keganjilan perilaku atau kebiasaan buruk murid, lalu dia
bersikap kasar dan keras, dan menanganinya dengan tergesa-gesa, tidak bertahap
dan tidak bijaksana, maka guru itu juga termasuk guru yang gagal. Dia telah
mengubah proses belajar mengajar menjadi petualangan menyesatkan yang
mengerikan, dan ruang belajar menjadi tempat yang tidak lagi disenangi.
Begitu pula halnya
dengan buku pelajaran. Materi pelajaran yang tidak sistematis, tidak bertahap
dalam penyajian pengetahuannya dari yang mudah kepada yang lebih sukar, dari
yang parsial kepada yang konfrehensif, tidak relevan, dan gaya bahasanya tidak
jelas dan tidak mudah dipahami, maka buku ini tidak akan membuat siswa dapat
mengambil manfaat apa-apa darinya. Petunjuk Ilahi tentang hikmah turunnya
Al-Qur’an secara bertahap merupakan contoh paling baik dalam menyususn
kerikulum pengajaran, memilih metode, dan menyususn buku pelajaran.
PENUTUP
Demikian materi makalah “Al-Qur’an:memahami
dan pengaruh tarbiyah dari Al-Qur’an”yang dapat kami suguhkan, semoga dengan
uraian sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya selaku penyusun dan
para pembaca yang budiman pada umumnya.
Saya
mengucapkan terima kasih kepada Ustad
Saefurrohim Lc. M.A, Dosen mata
kuliah MAteri PAI yang telah memberikan tugas makalah sehingga penyusun
mendapat pengalaman dan pengetahuan baru mengenai Al-Qur’an dan tarbiyah dari Al-qur’an. Semoga dengan ini
kita semua dapat meningkatkan kualitas ilmu kita secara maksimal sehingga kita
menjadi hamba Alloh yang bermanfaat dengan ijin-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’an
In- word
2.
Al-Qathtan manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Al-kautsar, 2011
3.
Abdurrahim,
Subhan, Diktat Tadabbur Al-Qur’an ,
Cibinong : At-Tazkia 2009
4.
Abu Zahro, Muhammad
, Ushul Fiqih Jakarta:Pustaka Firdaus. 2003
0 comments:
Post a Comment