Zakat
fithri atau zakat fitrah punya hikmah yang begitu banyak. Zakat ini diwajibkan
bagi yang beragama Islam dan yang mendapati tenggelamnya matahari di hari
terakhir bulan Ramadhan, serta memiliki kelebihan makanan bagi diri dan
keluarganya pada hari terakhir Ramadhan dan malamnya. Zakat tersebut ditunaikan
oleh penanggung nafkah di mana ia tunaikan untuk dirinya dan orang-orang yang
ia tanggung nafkahnya. Yang ditunaikan adalah berupa satu sho’ makanan pokok
dari negeri masing-masing seperti beras. Satu sho’ itu diperkirakan sekitar
2,157-3,0 kg.
Dinamakan Zakat Fithri
Fithri berarti tidak berpuasanya
orang yang berpuasa. Zakat ini disandarkan pada kata fithri karena kewajiban
tersebut berkaitan dengan Idul Fithri, sehingga penunaiannya pun dekat-dekat
dengan hari raya tersebut, bukan di awal atau pertengahan bulan.
Zakat fithri bisa pula disebut
dengan fitrah, yang artinya khilqoh atau sifat pembawaan dari lahir. Imam
Nawawi mengatakan bahwa makanan yang digunakan untuk zakat fithri disebut
dengan fithroh (fitrah). Itu hanya istilah fuqoha saja, bukan
istilah dari Arab atau diarab-arabkan. Sehingga boleh juga penyebutannya dengan
zakat fitrah sebagai istilah syar’i.
Intinya, zakat fithri adalah zakat
yang diwajibkan karena tidak berpuasanya lagi orang yang berpuasa. Lihat Al
Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 23: 335.
Hikmah Zakat Fithri
Di antara hadits yang menyebutkan
tentang hikmah disyari’atkannya zakat fithri adalah hadits berikut. Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ
الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً
لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ
وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin.
Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan
barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai
sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud no. 1609 dan Ibnu Majah
no. 1827. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Hikmah disyari’atkannya zakat fithri
amatlah banyak sekali yang bisa dirinci di antaranya sebagai berikut:
1- Untuk menyucikan orang yang
berpuasa dari perkataan sia-sia dan kata-kata kotor serta catat (kekurangan)
saat puasa. Jadilah kebaikan di hari raya menjadi sempurna.
2- Untuk memberi makan kepada orang
iskin dan mencukupi mereka sehingga tidak perlu meminta-minta di hari raya,
sekaligus membahagiakan mereka di hari raya. Jadilah hari raya itu menjadi hari
kebahagiaan.
3- Bentuk saling berbuat memberi
kebaikan antara orang kaya dan orang miskin di hari raya.
4- Mendapat pahala karena telah
menunaikan zakat pada yang berhak menerima di waktu yang telah ditentukan.
5- Zakat fithri adalah zakat untuk
badan yang Allah tetapkan setiap tahunnya di hari raya Idul Fithri.
6- Zakat fithri adalah bentuk syukur
setelah puasa itu sempurna. (Lihat Az Zakat fil Islam, 322-324)
Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
Mukhtashor Abi Syuja’ (Matan Al
Ghoyah wat Taqrib),
Ahmad bin Al Husain Al Ashfahaniy Asy Syafi’i, terbitan Darul Minhaj, cetakan
pertama, tahun 1428 H, hal. 89-90.
Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, terbitan Wizaroh Al Awqof wasy Syu-un
Al Islamiyyah (Kementrian Agama Kuwait), jilid ke-23.
Az Zakat fil Islam fii Dhou-il Kitab
was Sunnah, Dr.
Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qohthoniy, terbitan Maktabah Al Malik Fahd, cetakan
pertama, tahun 1428 H.
Disusun di pagi hari penuh berkah,
24 Ramadhan 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar,
Panggang, Gunungkidul, D. I. Yogyakarta
Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal
0 comments:
Post a Comment