Perdana Menteri Israel menegaskan,
tidak akan menghentikan serangan ke Gaza sebelum tentaranya berhasil
menghancurkan terowongan Hamas.
Liputan6.com, Gaza - Oleh:
Sunariyah, Rizki Gunawan, Rochmanuddin
Ledakan bom Israel masih mengguncang
tanah Gaza, Palestina, Jumat (1/8/2014). Padahal harusnya mulai hari ini,
Negeri Zionis itu menyudahi serangannya ke Palestina. Namun serangan bom yang
terus dilancarkan ke Gaza, memperlihatkan Israel seolah tak mengindahkan
kesepakatan untuk gencatan senjata.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat John Kerry dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyatakan,
kelompok pejuang Hamas di Palestina dan Israel sepakat melakukan gencatan
senjata untuk kemanusiaan. Gencatan senjata berlangsung selama 72 jam atau 3 hari.
Kesepakatan untuk tidak saling
menyerang satu sama lain berlaku mulai Jumat (1/8/2014), pukul 08.00 waktu
setempat, dan berakhir pada Senin, 4 Agustus 2014, pukul 08.00 waktu setempat.
"Amerika Serikat berharap perdamaian segera dicapai dan kalau lebih cepat
lebih baik. Belum ada kepastian soal itu, tapi ini tentu lebih baik jika ada
upaya damai bersama," ujar Kerry dalam konferensi pers di India.
Namun Israel tampaknya belum
benar-benar bersedia melaksanakan kesepakatan tersebut. Pada Jumat siang,
dilaporkan militer Israel masih melancarkan serangan bom ke Gaza.
Petugas kesehatan melaporkan,
tentara Zionis menembakkan sejumlah peluru ke Rafah, Gaza Selatan, beberapa jam
setelah gencatan senjata dimulai. Akibatnya, 8 warga Gaza tewas. "Mereka
tewas dalam serangan di Rafah," ujar dokter Abu Yusef al-Najjar, seperti
dimuat Al-Arabiya. Tak dijelaskan secara detail soal korban jiwa
tersebut.
Gencatan senjata ini merupakan yang
kedua dalam agresi militer "Protective Edge Operation" yang
dilancarkan Israel ke Gaza sejak 8 Juli 2014. Gencatan senjata pertama
berlangsung pada 18 Juli 2014 dan hanya berlangsung hingga 5 jam.
Gencatan senjata kedua ini diumumkan
PBB dan Amerika Serikat. Seperti dilansir aljazeera, gencatan senjata
kemanusiaan itu berlangsung tanpa syarat. Dalam kesepakatan disebutkan,
gencatan senjata sangat penting untuk menangguhkan aksi kekerasan terhadap
warga sipil tak berdosa.
Selama gencatan senjata, warga sipil
di Gaza akan menerima bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, dan
melaksanakan fungsi-fungsi vital. Antara lain memakamkan korban meninggal,
merawat yang terluka, dan memasok kembali persediaan makanan.
Dalam kesepakatan juga disebutkan,
gencatan senjata ini untuk memberi kesempatan memperbaiki pasokan air bersih
dan infrastruktur energi. Masa tenang ini juga diperuntukkan agar delegasi
Israel dan Palestina segera pergi ke Kairo memenuhi undangan Pemerintah Mesir
untuk melakukan perundingan.
Meregang Nyawa di Hari Suci
Sejak Israel melancarkan serangan
hingga saat ini, terhitung 1.674 orang di Gaza telah meregang nyawa. Sedangkan
korban terluka tercatat sekitar 7.500 orang. Dari pihak Israel, tercatat 56
orang tewas, hampir semuanya adalah tentara.
Korban dari pihak Palestina termasuk
mereka yang tewas pada Hari Raya Idul Fitri Senin lalu, 28
Juli 2014. Di hari suci umat Muslim itu, Israel membombardir warga Gaza yang
tak berdosa dengan senjata militer super canggih mereka.
Seperti dimuat di Middle East
Monitor, Kementerian Palestina mencatat, ada 318 warga Gaza yang tewas
dibunuh pasukan Israel saat Hari Raya Idul Fitri. "Pada hari pertama (Idul
Fitri), Israel telah membunuh 43 warga Palestina dan melukai 260 lainnya.
Kemudian hari kedua, agresi Israel telah menewaskan 144 orang dan mencederai 26
orang, dan ada 131 warga meregang nyawa dan 460 terluka pada hari ketiga,"
demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina.
Warga Gaza tak hanya berduka karena
kehilangan keluarga dan sanak saudara, mereka juga harus menelan kenyataan
pahit karena banyak tempat tinggal mereka rata dengan tanah akibat dihantam bom
Israel.
Kementerian Perumahan dan Pekerjaan
Umum Palestina melaporkan, 166 rumah di Gaza hancur total dan 1.281 lainnya
rusak pada 3 hari pertama Lebaran. "Total rumah yang rusak mencapai
4.987," demikian pengumuman Kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum
Palestina.
Dalam laporannya, badan Hak Asasi
Manusia, The Euro-Mid Observer for Human Rights, mencatat, agresi militer
Israel juga telah menghancurkan sembilan masjid dan 13 masjid lainnya rusak
sebagian, selama libur Lebaran.
"Israel meluncurkan 26.811
artileri dan roket ke Gaza. Sekitar 1.664 roket diluncurkan melalui pesawat
tempur dan 6.258 artileri dilontarkan kapal perang dan 18.889 lainnya
ditembakkan tank," jelas badan HAM Eropa tersebut.
Atas serangan Israel yang membabi
buta, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan
kembali melontarkan kritik pedas. Erdogan mengatakan, aksi brutal pasukan
Israel di Gaza tak ubahnya seperti aksi pembantaian yang dilakukan pemimpin
Nazi Adolf Hitler terhadap kaum Yahudi saat perang Dunia II.
Karena itu, Erdogan mengaku siap
mengembalikan semua penghargaan yang pernah ia terima dari Yahudi-Amerika pada
2004 sebagai bentuk protes kepada Israel. "Kebrutalan, genosida, fasisme
ala Hitler dan rezim pembunuh anak-anak," ujar Erdogan saat kampanye
pemilihan presiden Turki, seperti dimuat Al-Arabiya, Jumat (1/8/2014).
"Apa bedanya aksi Israel dengan
yang dilakukan Nazi dan Hitler?" ujar Erdogan dalam orasinya. "Coba
kalian jelaskan apa yang telah dilakukan Israel di Gaza, Palestina, kalau bukan
genosida?" Dia melanjutkan, "ini rasisme. Ini fasisme. Ini sama saja
menghidupkan kembali spirit Hitler."
Protes terhadap kekejian Israel juga
dilancarkan di Skotlandia. Seperti dilansir BBC, sekelompok pendukung
Palestina di negeri itu, Kampanye Solidaritas Palestina Skotlandia itu
menggelar unjuk rasa saat kelompok teater dari Yarusalem, Incubator Theater,
yang menerima dana dari pemerintah Israel, pentas di Festival Edinburgh Fringe.
Akibat demonstrasi tersebut, Incubator Theater batal melakukan pertunjukan setelah
pentas satu kali. "Setelah dilakukan perundingan antara Underbelly,
Incubator Theatre, Universitas Edinburgh dan kepolisian Skotlandia, disepakati
pertunjukan selanjutnya dibatalkan," ujar panitia pelaksana The
Underbelly.
Pemerintah Israel sendiri tampaknya
tak menggubris protes tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
menegaskan, tidak akan menghentikan serangan ke Gaza sebelum tentaranya
berhasil menghancurkan terowongan Hamas yang kerap dilakukan untuk menyerang
tentara dan warga Zionis.
"Saya tak akan menerima
penawaran yang menghentikan agresi militer Israel yang tengah menjalankan misi
demi menjaga keamanan negara Israel," cetus Netanyahu, seperti dimuat
BBC, Kamis (31/7/2014).
Dia menjelaskan, serangan terowongan
Hamas sangat berbahaya bagi Israel, di samping peluncuran roket yang intensif
dilancarkan Hamas ke Tel Aviv. Atas alasan itu, pemimpin negara zionis itu enggan menyetop operasi militer di
Gaza.
Israel saat ini dikabarkan menambah
16 ribu tentara untuk diterjunkan ke Gaza. Dengan demikian, total 86 ribu
pasukan yang sudah diterjunkan Israel zionis dalam 23 hari terakhir. Penambahan
prajurit ini disokong bantuan senjata tempur dari Amerika Serikat. Negeri Paman
Sam mendukung agresi militer ke Israel dengan alasan menjaga keamanan negeri
Zionis.
Sementara Hamas dikabarkan siap
bertempur melawan Israel dengan bantuan kelompok Hizbullah Libanon. Sayap
Palestina menegaskan tak akan mundur sebelum Israel menghentikan blokade
wilayah Palestina. (Ali)
Diambil dari:http://news.liputan6.com/read/2085460/pembantaian-ala-hitler-di-tanah-gaza
0 comments:
Post a Comment