Oleh: Solahudin, M.A
Rosululloh sholallohu alaihi wasallam bersabda:
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: Orang-orang yang saling mencinta di bawah keagungan-Ku untuk mereka mimbar-mimbar (tempat yang tinggi) dari cahaya yang membuat para Nabi dan Syuhada (orang-orang yang mati syahid) menginginkannya. (HR. Tirmidzi, hasan shohih)
Hadits ini termasuk ke dalam hadits qudsi, karena Rosululloh sholallohu alaihi wasallam menyandarkan
sabdanya pada Alloh. Dalam hadits ini, terdapat penjelasan tentang
keutamaan saling mencinta karena Alloh. Mencintai adalah amalan hati
yang bisa mendatangkan kebaikan, mencinta bisa mempertebal keimanan dan
mendatangkan pahala yang besar ketika cintanya karena Alloh subhanahu wa ta’ala.
Dua orang muslim yang saling mencinta karena Alloh subhanahu wa ta’ala,
mereka akan menjalankan semua aktifitasnya berdasarkan ibadah pada
Alloh. Saling mengunjungi karena Alloh, saling memberi karena Alloh,
saling bertemu karena Alloh, saling mengajar karena Alloh dan lain
sebagainya. Mereka menjadikan Alloh subhanahu wa ta’ala sebagai
alasan aktifitas keseharian sehingga amalan yang mereka rencanakan dan
mereka lakukan selalu menjadi landasan ibadah pada Alloh.
Di akhirat mereka akan duduk di atas
mimbar-mimbar dari cahaya yang telah Alloh sediakan untuk mereka. Dalam
hadits lain Rosululloh sholallohu alaihi wasallam bersabda:
“Orang-orang yang saling mencinta karena Alloh, mereka berada pada kursi-kursi Yaqut (permata) di sekitar ‘Arsy”. (HR. ath-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir)
Karena begitu tinggi dan indahnya cahaya yang Alloh subhanahu wa ta’ala berikan
kepada mereka yang saling mencinta karena Alloh, maka para Nabi dan
Syuhada pun mengharapkan cayaha itu. Para Nabi dan Syuhada adalah
orang-orang mulia dan mendapatkan kemuliaan yang besar di sisi Alloh,
akan tetapi ketika melihat kemuliaan orang yang saling mencinta karena
Alloh, timbul sifat ghibtoh pada mereka yaitu sifat
mengharapkan mendapat kemuliaan sebagaimana orang lain yang
mendapatkannya tanpa keinginan sedikitpun hilangnya kemuliaan itu dari
orang tersebut.
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya pahala dan balasan yang Alloh subhanahu wa ta’ala berikan pada mereka yang saling mencinta karena Alloh. Rasa ghibtoh
yang menghampiri setiap hati para Nabi dan Syuhada kepada orang-orang
yang saling mencintai, sama sekali tidak menunjukan mereka lebih baik
dari Nabi dan Syuhada, hal ini sebagaimana seseorang yang memiliki rumah
sangat mewah, indah dan luas, merasa senang dan mengharapkan rumah
kawannya yang terlihat minimalis dan tersusun rapi, walaupun pada
hakekatnya kualitas dan harganya serta kemewahannya berada jauh dari
rumah yang dia miliki. Sifat ini tidak tercela selama tidak diiringi
sifat hasad, yaitu sifat yang menjadikan pelakunya menginginkan kenikmatan orang lain disertai hilangnya kenikmatan orang itu darinya.
Rosululloh sholallohu alaihi wasallam bersabda dalam hadits qudsi, Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kecintaan-Ku berhak didapat oleh
orang yang saling mencinta karena-Ku, saling memberi karena-Ku, dan
saling mengunjungi karena-Ku. Orang-orang yang saling mencinta karena
Alloh, akan berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, di bawah naungan
‘Arsyi ketika tidak ada naungan keculi naungan-Nya.” (Hadits Shohih dalam Musnad Imam Ahmad)
Sungguh Maha luas rahmat Alloh subhanahu wa ta’ala,
ketika kecintaan-Nya diberikan kepada setiap orang yang saling mencinta
karena-Nya. Ketika Alloh sudah mencintai hamba-Nya, ini berarti hamba
itu telah selamat dari murka-Nya. Hamba itu tidak akan pernah diazab
oleh Alloh yang Maha Rohman, sebab Alloh tidak akan mengadzab hamba yang
dicinta-Nya. Kecintaan Alloh subhanahu wa ta’ala tidak diperoleh hanya karena pengakuan seorang hamba, oleh karena itu Yahudi dan Nasrani yang mengklaim dicintai oleh Alloh subhanahu wa ta’ala justru akan diazab oleh-Nya karena kekufuran keduanya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:
وَقَالَتِ
الْيَهُودُ وَالنَّصَارَىٰ نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ ۚ
قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ ۖ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ
خَلَقَ ۚ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَلِلَّهِ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ وَإِلَيْهِ
الْمَصِيرُ
“Orang-orang Yahudi dan Nasroni
mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Alloh dan kekasih-kekasih-Nya”.
Katakanlah: “Maka mengapa Alloh menyiksa kalian karena dosa-dosa
kalian?” (Kalian bukanlah anak-anak Alloh dan kekasih-kekasih-Nya),
tetapi kalian adalah manusia(biasa) di antara orang-orang yang
diciptakan-Nya dan Alloh mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya…” (QS. al-Maidah [5]: 18)
Pembahasan hadits ini, memberikan pelajaran yang begitu berharga kepada kita.
Pertama, saling mencintai karena Alloh adalah satu ibadah besar di sisi Alloh dan akan mendatangkan keutamaan-keutamaan besar.
Kedua, tempat tinggi di akhirat nanti akan Alloh subhanahu wa ta’ala berikan kepada mereka yang di dunianya saling mencinta karena-Nya.
Ketiga, orang yang
mencinta karena Alloh termasuk golongan orang akan mendapat naungan dari
Alloh pada hari tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya, naungan ini
sangat dibutuhkan oleh setiap hamba pada waktu itu, karena matahari
yang sangat panas didekatkan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala di atas kepala hamba-hamba-Nya sehingga sebagian orang akan tenggelam dengan keringatnya sendiri.
Keempat, dan ini adalah
keutamaan terbesar, yaitu orang yang mencinta karena Alloh akan
mendapatkan kecintaan dari Alloh, sehingga ia akan mendapatkan surga-Nya
dan terhindar dari neraka-Nya.
Wallohu a’lam…
Diambil dari : http://fajrifm.com/saling-mencinta-karena-alloh/
0 comments:
Post a Comment