Wednesday, July 3, 2013

Spirit Puasa Ramadhan


Pada masa fitnah yang terjadi pada masa kini menjadikan seorang yang shaleh tidak mampu untuk melaksanakan ibadah-ibadahnya dengan sempurna inilah sebuah isyarat dari sabda Nabi Muhammad saw : “Yataqaarabu az-zamaan, wa yanqusul al-‘amal, wa yulqa asy-syuhhu, wa yaktsuru al-harju, qaaluu: wa maa al-harju? Qaala: al-qatlu, al-qatlu”
“ Waktu menjadi berdekatan. Amal shalih menjadi berkurang. Sifat Bakhil merebak dimana-mana. Dan banyak terjadi Al-Harju.” Para sahabat bertanya: Apakah Al-Harju itu? Beliau menjawab: “Pembunuhan, pembunuhan.” (HR. Ibnu Majah)
Fenomena ini menjadikan banyak kaum muslimin yang menghilangkan keberkahan  pada waktu bulan Ramadhan, kaum muslimin lebih menyedikitkan amal mereka pada bulan Ramadhan karena sebuah anggapan bahwa Ramadhan merupakan kebiasaan yang terus berlangsung sepanjang tahun, dan kewajiban yang ada hanyalah berpuasa. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, ia merupakan kesempatan besar untuk membiasakan diri kita dalam beribadah kepada Allah, sehingga pada bulan-bulan selanjutnya seseorang akan mampu dan hidup dengan ibadah kepada Allah dengan maksimal dan semangat.
Untuk menjadikan ibadah kita senantiasa langgeng (istiqamah) sesuai dengan tuntutan ‘ubudiyyah, seorang muslim harus merasakan ruh dan menghadirkan hikmah-hikmah dalam ibadahnya. Sehingga dengannya seseorang akan beribadah seperti dirinya melihat Allah atau seperti Allah melihatnya.

Waktu Kita di Bulan Ramadhan.
“Wahai orang-orang  yang menyia-nyiakan umurnya pada selain ketaatan. Wahai orang yang meremehkan bulan, bahkan seluruh tahun-tahun dan menyiakannya. Wahai orang yang bekalnya sekedar kata-kata nanti dan kelalaian dan betapa buruknya perbekalan seperti itu. Wahai orang yang menjadikan Al-Qur’an dan bulan Ramadhan sebagai musuhnya. Bagaimana anda mengharap dari musuh anda pada hari Syafa’at.” (Ibnu Rajab)
Ramadhan adalah bulan yang mulia. Keagungan dan kemuliaan bulan Ramadhan ini bersumber dari turunnya Al-Qur’an di dalamnya.(QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Bukan hanya Al-Qur’an tetapi kitab-kitab samawi lain juga diturunkan pada bulan Ramadhan, Rasulullah saw bersabda: -Unzilat shuhufu Ibraahim ‘alaihi as-salaam fi awwali laylatin min Ramadhan, wa unzilat as-suuratu lasittin madhayna min Ramadhan, wa al-injil li tsalaatsa khalat min Ramadhaan, wa unzila Al-Qur’an liarbain wa ‘isyrina khalat min Ramadhan.- “Lembaran-lembaran Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan. Taurat diturunkan setelah berlalu enam hari dari bulan Ramadhan. Injil diturunkan setelah berlalu tiga belas hari dari bulan Ramadahan. Dan Al-Qur’an diturunkan setelah berlalu dua puluh empat hari dari bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad)
Karena itu, maka waktu di bulan Ramadhan memiliki kekhususan dan harga yang mahal. Sehingga menyia-nyiakan bulan Ramadhan maka ia sama juga telah bertindak lalai, dan menzhalimi dirinya, serta tidak menghargai bulan suci ini. Padahal menyia-nyiakan waktu-waktu bulan Ramadhan sama dengan menyiakan waktu–waktu pada umur seseorang. Sesungguhnya didalam bulan Ramadhan terdapat banyak kesempatan langka bagi orang yang ingin menginvestasikan umur mereka. Ramadhan adalah umur yang pendek dan ajal yang terbatas. Ia memiliki permulaan yang dinanti dan akhir yang sangat jelas diketahui. Ramadhan merupakan contoh hidup dan miniatur bagi umur manusia yang penuh dengan taklif. Karena manusia mempunyai taklifi yang masa-masanya dikhususkan untuk ketaatan. Juga mempunyai umur fungsional yang dijadikan sebagai pembantu bagi umur takllifi. Umur fungsional khusus digunakan untuk tidur serta memenuhi hajat manusia.
Demikianlah bulan Ramadhan telah dijadikan sebagai miniatur hidup kita. Jika kita menyia-menyiakan umur taklifi dibulan Ramadhan, serta menyamakannya dengan umur fungsional, berarti kita telah merugikan diri dan menzhalimi ruh kita. Karena kita tidak berbuat adil terhadap ruh tersebut. Nabi Muhammad saw bersambda: -Ni’mataani maghbuun fiihima katsiirun min an-naas, ash-shihhatu wa al-firaagh- “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia merugi di dalamnya. Yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

Saudara-saudara Kita di Bulan Ramadhan.
Saudaraku sesungguhnya risalah (misi) Ramadhan kepada kita yaitu anda menjadi seorang individu dalam satu kelompok (jama’ah) kaum muslimin yang besar. Setiap individu dalam jama’ah kaum muslimin memiliki hak-hak terhadap anda, sebagaimana anda memupnyai kewajiban-kewajiban terhadapnya. Sedangankan yang harus kita lakukan adalah senantiasa memperhatikan dengan sungguh-sungguh kondisi saudara-saudara anda di bulan Ramadhan. Bulan yang penuh dengan kemurahan. Hendaknya kita senantiasa mencari-cari kebutuhan yang dibutuhkan oleh saudara-saudara kita pada bulan Ramadhan:
1.      Ingatlah diantara saudara kita ada orang yang tidak mendapatkan beberapa butir kurma untuk berbuka, atau tidak mendapatkan seteguk susu untuk membasahi air liurnya.
2.      Terkadang kita dapat berbaring di tempat yang nyaman dengan penuh santai dan aman. Sementara diantara saudara-saudara kita ada yang tidur dengan penuh kecemasan. Senantiasa terjaga karena serangan serangan kekalutan. Berada di negara yang tertimpa beraneka ragam malapetaka. Mereka ketakutan, kelaparan kedinginan dan kepanasan. Ditambah dengan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
3.      Barangkali kita sedang merasakan kesehatan dan nikmat dalam kesejahteraan dan kebahagiaan, dalam ketenangan dan kenikmatan melimpah. Sementara selain kita banyak saudara-saudara kita merasakan berbagai bencana, tertimpa banyak penyakit, mereka sangat merindukan orang-orang yang pemurah yang ikut merasakan kondisi pedih mereka.
4.      Dan pada akhir bulan Ramadhan, wahai saudaraku yang berpuasa, terkadang anda kebingungan. Makanan, pakaian dan mainan apakah yang harus anda pilih buat ptera-puteri dan sauadara-saudari kita?, sementara anda mempunyai saudara lain yang juga sangat kebingungan, manakah di antara anak-anaknya yang harus diberi dan siapakah mereka yang tidak harus diberi, karena sulitnya kondisi yang menimpa mereka. Juga karena pelitnya orang-orang yang mempunyai kenikmatan.

Musuh Kita di Bulan Ramadhan.
Sebagaimana kita memiliki teman-teman setia, tentu kita juga mempunyai musuh. Dan tidak ada satu musimpun yang membantu manusia untuk melawan musuh-musuhnya melainkan bulan Ramadhan. Ada dua musuh utama bagi setiap manusia, pertama adalah setan terlaknat beserta bala tentaranya. Didalam bulan Ramadhan seorang mukmin telah diberikan kekuatan untuk mengaalahkan musuh-musuhnya. Rasulullah saw bersabda: -Idzaa jaa`a ramadhan futihat abwaab al-jannah, wa ghulliqat abwaab an-naar, wa shuffidat asy-syayaatin-. “Jika bulan Ramadhan datang, dibukakanlah pintu-pintu Surga, ditutupkan pintu-pintu Neraka, dan setan-setan pun dibelenggu.” (HR. Al-Bukhari)
Kemudian musuh kedua yang terbesar bagi se ke dalam jurang dan meneriknya kepada kebinasaan tiap manusia adalah nafsu yang mengajak kepada keburukan dan syahwat yang menyesatkan. Tidaklah syahwat disebut dengan hawa kecuali ia akan menjerumuskan pelakunya kedalam jurang dan meneriknya kepada kebinasaan. Dan ketika hawa atau syahwat itu dijadikan sebagai tuhan selain Allah, maka manusia akan menjadikan hawa atau syahwatnya sebagai tuhan bagi mereka. (QS. Al-Furqan: 43-44)
Dan puasa telah membantu setiap mukmin untuk dapat mengendalikan syahwat atau hawanya untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. Nabi saw bersabda: -Ash-Shiyaamu junnah ka junnati ahadikumm min al-qatl-. “Puasa adalah perisai. Seperti perisai seseorang dari kalian dalam peperangan.” (HR. An-Nasa`i), -Ashawmu junnah hashiinah-. “Puasa adalah perisai yang sangat melindungi.” (HR. At-Tirmidzi)

Syahwat Kita di Bulan Ramadhan.
Puasa Ramadhan merupakan refresing bagi ruhani. Di bulan Ramadhan ruhani menjadi bebas dari cengkraman syahwat selama satu bulan penuh. Ruhani hampir tersayat sepanjang tahun karena menuruti keinginan jasad. Maka paling tidak kita berbuat adil kepada ruhani ini selama satu bulan setelah kita menyembunyikannya selama satu tahun di balik jasad yang sangat menempel erat dengan syahwat dan tingkah lakunya.
Diantara syahwat manusia yang berpengaruh dalam kehidupan mereka adalah syahwat perut dan syahwat kelamin, dan saat seseorang menahan dua syahwat ini maka sama juga ia telah menghindari sejumlah syahwat lalinnya. Inilah arti dari takwa yang diisyarakatkan oleh Allah dalam surat Al-Baqaarah: 183. Fakhruddin Ar-Raazi menafsirkan : “Agar kalian bertakwa kepada Allah dengan puasa dan meninggalkan syahwat kalian. Karena suatu hal ketika keinginan terhadapnya sangat besar maka menghindarinya adalah jauh lebih berat. Sedangkan keinginan terhadap makanan dan seksual, jauh lebih besar daripada keinginan terhadap apa pun yang lain. Maka jika mudah bagi kalian untuk takut kepada Allah dengan meninggalklan segala sesuatu yang lain adalah jauh lebih mudah dan lebih ringan.”
Ketika seseorang meninggalkan syahwat aslinya dengan berpuasa, hal itu mempersempit peredaran darah dalam tubuhnya. Perederan darah itu menjadi pintu gerbang masuknya setan pada bani Adam. Karena seta berjalan pada bani Adam melalui peredaran darah. Sehingga godaan setan pun menjadi kecil dengan berpuasa. Dan menghilanglah lingkaran syahwat pada dirinya. Inilah yang kemudian menjadi sebab kenapa Rasulullah Muhammad menyifati puasa dengan wija’ (peredam).
Diantara kebodohan orang-orang yang tidak menghormat kesucian bulan Ramadhan adalah mereka melancarkan tipu dayanya kepada umat ini. Orang-orang bodoh itu melipatgandakan menu-menu yang membatalkan puasa secara maknawi berupa syahwat-syahwat yang menggoda dan merusak iman. Hal itu melalui media massa, baik yang didengar (radio), dibaca (majalah dan koran), ataupun yang dilihat (televisi). Sehingga seseorang menghabiskan hari-hari Ramadhan dan ia mengira sedang berpusa. Tetapi sebenarnya ia setelah makan sahur dengan keburukan dan berbuka dengan perbuatan laknat. Sehingga orang-orang ini berpuasa hanya membawa lapar dan dahaga.

Pandangan Kita di Bulan Ramadhan.
Akal manusia, jasmani, ruhani dan hatinya, semua kebaikannya bergantung kepad aapa yang meresap kepadanya melalui telinganya. Jika seseorang mendengarkan sesuatu yang baik, maka sesuatu yang baik itu sampai pada pada akal, jasmani, ruhani dan hatinya. Tapi jika ia mendengarkan keburukan, niscaya keburukan itu meresap ke dalam hati, ruhani, serta merembes ke dalam akal dan jasmaninya.
Karena itulah, mendengarkan sesuatu yang haram termasuk yang termasuk hal yang dilarang ketika berpuasa. Meskipun mendengarkan sesuatu yang haram tidak termasuk hal yang membatalkan puasa dalam makna fiqihnya. Sehingga ketika telinga berpuasa dari mendengarkan hal yang diharamkan, sesungguhnya ia melindungi hati agar mengerjakan ibadah sesuai dengan kesucian bulan Ramadhan.
Menjaga telinga dari perkara-perkara yang membuat Allah murka dalam bulan Ramadhan merupakan kewajiban puasa, bukan anjuran maupun sunnah puasa. Karena telinga akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah dari sepanjang usianya bukan hanya dibulan Ramadhan saja. (QS. Al-Isra`: 36). Berarti tanggung manusia terhadap bulan Ramadhan jauh lebih ditekankan dan tindakan merusaknya merupakan sebuah kemungkaran yang besar. Jabin bin Abdillah berkata:-Idzaa shumtu falyashum sam’uka wa basharuka wa lisaanuka ‘an al-mahaarim-. “Jika anda berpuasa maka hendaknya berpuasa pula pendengaran, penglihatan dan lisan anda dari perkara-perkara yang haram.”
Maka dengan ini sebagaimana tanggung jawab telinga di bulan Ramadhan menjadi berlipat ganda untuk tidak mendengarkan kebatilan maka tanggung jawab ini juga semakin besar untuk mendengarkan kebenaran. Diantaranya : mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari imam-imam shalat yang membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan jahriyyah, mendengarkan ilmu dari majelis zikir dan majelis ilmu.
Maka diantara rasa syukur kepada Allah atas nikmat pendengaran adalah dengan mengkhususkan telinga itu dalam kebaikan serta menghindarkan dari mendengar yang buruk. Sementara bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk menghiasi telinga dengan ketaatan. Juga menghindarkan dari penyimpangan-penyimpangan.

Pendengaran Kita di Bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran dan perjuangan. Diantara bentuk sabar dan perjuangan di dalamnya, hendaknya seseorang bersabar dalam menundukkan pandangan serta memerangi hawa nafsunya dalam menundukkan pandangan tersebut.
Allah memerintahkan orang-orang beriman, laki-laki maupun perempuan agar menjaga pandangan. Karena hal itu merupakan konsekwensi iman dan muraaqabah. (QS. An-Nuur: 30-31). Ibnu Katsir berkata tentang surat An-Nuur : “Ini adalah perintah dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman, agar menundukkan matanya dari hal-hal yang diharamkan, serta menutup mata mereka dari barang-barang haram. Jika kebetulan mata mereka melihat sesuatu yang haram tanpa sengaja, hendaknya mereka segera mengalikan pandangannya.”
Wahai saudaraku! Jangan jadikan diri anda termasuk orang-orang yang berpuasa perutnya, tetapi hatinya berbuka di bulan Ramadhan. Perut anda berpuasa dari makanan dan minuman yang halal, sementara anda melanglang buana dan memandangi setiap perkara yang diharamkan. Jabin bin Abdillah berkata:-Idzaa shumtu falyashum sam’uka wa basharuka wa lisaanuka ‘an al-mahaarim-. “Jika anda berpuasa maka hendaknya berpuasa pula pendengaran, penglihatan dan lisan anda dari perkara-perkara yang haram.”

Lisan Kita di Bulan Ramadhan.
Lisan kita di mempunyai ibadah di bulan Ramadhan. Sebagiannya dzikir dan sebagiannya adalah diam. Diam adalah salah satu makna puasa, sebagaimana dikatakan oleh Maryam: “Sesungguhnya saya telah nadzar berpuasa untuk Tuhan yang maha pemurah maka saya tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (QS. Maryam [39]: 26)
Puasa Maryam yang dinadzarkan pada ayat di atas adalah diam, tidak berbicara. Adapun diam yang dituntut pada puasa kita adalah berhenti dari dosa yang biasa keluar melalui lisan serta meninggalkan wabah-wabah yang keluar akibat pembicaraan. Rasulullah saw bersabda:-Wa hal yakubbu an-naas fi an-naar ‘alaa wujuuhihim aw ‘alaa manaakhirihim illa hashaaidu alsinatihim- “Tidaklah manusia itu ditelungkupkan ke dalam Neraka di atas wajah atau hidung mereka, kecuali karena akibat lisan mereka.” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya satu penyakit saja dari penyakit lisannya misalnya ucapan dusta sudah bisa menghilangkan dan menghancurkan ruh puasa secara total maka bagaimana jika seseorang memiliki lebih dari satu penyakit. Rasulullah saw bersabda: -Man lam yada’ qaula az-zuur wa al-‘amala bihi falaysa lillahi haajatun fi an yada’a tha’aamuhu wa syaraabahu-
Saudaraku, bulan Ramadhan hanyalah beberapa hari yang sedikit. Karena itu agungkanlah ia, manfaatkanlah hari-harinya, dan jagalah diri anda pada hari-hari itu dari pisau lisan dan panah perkataan, baik dalam keseriusan maupun lelucon. Baik saat ridha maupun saat marah. Selain itu bulan Ramadhan adalah satu-satunya kesempatan bagi kita untuk membiasakan lisan untuk melaksanakan ibadah. Karena lisan ini memiliki ibadah-ibadah yang khusus baginya. Yang semuanya tersebar di antara mengerjakan fardhu-fardhu, kewajiban-kewajiban, sunnah-sunnah dan meninggalkan segala yang haram serta makruh.

Hati Kita di Bulan Ramadhan.
Hati mempunyai tanggung jawab di hadapan Allah, sebagaimana pendengaran dan penglihatan juga mempunyai tanggung jawab di hadapan-Nya. Sebagaimana setiap hamba akan dimintai pertanggung jawaban atas apapun yang melintas pada pendengaran dan penglihatannya, dia juga akan dimintai pertanggung jawabannya atas apa yang tertanam di dalam hatinya.
Kelak setiap hamba akan ditanya tentang hatinya dan tentang perbuatan yang telah dilakukan oleh hati itu. Dan hati memiliki tanggung jawab khusus tidak seperti organ-organ tubuh lainnya. Karena hati adalah segumpal darah yang jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula. Jika ia rusak maka seluruh tubuh ikut rusak pula. Rasulullah saw bersabda:- Alaa wa inna fi al-jasadi mudhghatan idzaa shaluhat shalaha al-jasadu kulluh wa idzaa fasadat fasada al-jasadu kulluh alaa wa hiya al-qalbu-. “Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik maka seluruh jasad ikut baik pula. Dan jika segumpal darah itu rusak maka rusak pula seluruh jasad. Segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhari)
Hati juga memiliki ibadah di bulan Ramadhan, sebagaimana organ-organ tubuh yang lain. Karena hati merupakan tuan atau pemimpin segala organ, maka ia dikhususkan dengan tuan segala ibadah, yaitu keikhlasan. Ikhlas adalah tuan dan pemimpin bagi seluruh amal ibadah. Dan tiada ibadah yang paling erat hubungannya dengan keikhlasan daripada puasa. Karena puasa merupakan ibadah antara hamba dengan Rabbnya. Puasa tidak akan menjadi ketaatan kecuali dengan ikhlas.

Jihad Kita di Bulan Ramadhan.
Jika Ramadhan adalah bulan kesabaran dalam mengerjakan ibadah puasa, qiyamulail, membaca kitabullah dan berbuat baik kepada makhluk. Maka sesungguhnya ia juga bulan jihad, bulan melawan hawa nafsu dan bulan melawan manusia karena Allah.
Bukanlah secara kebetulan, jika kemenangan-kemenangan terbesar kaum muslimin terdapat di bulan Ramadhan. Karena orang yang berpuasa pada bulan suci ini, mencapai tingkat kemajuan ruhani, yang dengannya ia rela mengorbankan nyawa demi mencari keridhaan Allah. Inilah salah satu rahasia dan ruh puasa.
1.      Kemenangan pertama dan terbesar kaum muslimin yaitu perang badar kubra terjadi pada tanggal 17 Ramadhan pada tahun dua hijrah.
2.      Pada tanggal 20 Ramadhan, tahun 8 hijrah, terjadilah Fathu Al-Makkah. Dengan penaklukan itu Allah memuliakan Islam dan umat Islam.
3.      Pada tanggal 18 Ramadhan tahun 92 hijrah, kaum muslimin berhasil menaklukan kota andalus.
4.      Pada tanggal 26 Ramadhan, tahun 233 hijrah, kaum muslimin berhasil menaklukan kota Ammuriyah dipimpin oleh panglima perang Bani Abbasiyyah yang bernama ‘Al-Mu’tashim Billah’.
5.      Pada tanggal 14 Ramadhan, tahun 666 hijrah, kaum muslimin memperoleh kemenangan luar biasa atas orang-orang salib. Dan panglima Islam Adz-Dzahir Bibres berhasil merebut kembali kota Anthakiah Anthokiah.
6.      Pada tanggal 15 Ramadhan, tahun 668 hijrah, pasukan Islam menang atas pasukan Tartar yang sangat banyak jumlahnya dalam perang Ain Jalut yang dipimpin oleh Panglima Mamluki yang bernama Saifuddin Quthuz. Setelah kekalahan itu, bangsa Tartar tidak memiliki kekuatan sedikitpun. Padahal sebelumnya mereka telah menghancurkan dunia Islam dan menggugurkan kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad.


0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
- See more at: http://tutorial89.blogspot.com/2014/08/cara-mudah-membuat-tombol-share-di.html#sthash.naEXoN8D.dpuf