Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khottob dan Utsman
bin Affan . Siapakah ketiga orang itu? Tentu kita semua sudah mengenalnya,
mereka adalah di antara orang terdekat Rosulullah dan juga termasuk di
antara Khulafaurrasyidin yang empat. Namun, terkecuali Ali bin Abi Tholib ,
ketiga khulafaurrasyidin yang telah kita sebutkan di atas adalah juga termasuk
di antara jajaran miliarder Muslim yang tersohor di zaman itu. Dalam salah satu
literatur sejarah dicatat seperti ini:
Kekayaan
Abu Bakar as-Shiddiq :
•
Ketika membebaskan budak-budak, budget yang dikeluarkan sekitar 40000 dirham.
•
Mengeluarkan 5000-6000 dirham dalam perjalanan hijrahnya menemani Nabi .
•Ketika
menjabat kholifah, beliau memiliki kekayaan sebesar 40000 dirham.
Kekayaan
Umar bin Khottob :
• Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian).
• Simpanan = utang dalam bentuk cash
• Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian).
• Simpanan = utang dalam bentuk cash
Kekayaan
Utsman bin ‘Affan :
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar
Subhanalloh,
ternyata begitu besar kekayaannya..!! Benarkah kekayaan mereka bisa mencapai
sebesar itu? Tentu kita akan bertanya-tanya seperti itu, karena sejak kecil,
bisa jadi kita belum pernah mendapati keterangan seperti ini. Tidak pernah sama
sekali kita mendengar tentang kegigihan mereka mengejar dunia, walau hanya
setenahnya atau perebutan mereka dalam mencapai gelar manusia termodis
sejazirah Arab, atau perburuan mereka dengan barang-barang “elektronik” terbaru
atau yang lain semisalnya. Selalu saja yang kita ketahui adalah tentang
kesederhanaan hidup mereka. Tentang celana Abu Bakar yang suka kedodoran,
misalkan, atau tentang Umar bin Khottob yang berangkat ke Palestina untuk
melakukan serah terima kunci gerbangnya dengan hanya ditemani seorang pembantu
dan seperangkat pakaian lusuh yang menempel di badannya serta sepasang sandal
jepit yang sampai membuat orang-orang menggeleng-geleng tak percaya kalau dia adalah
seorang Kholifah yang baru saja menaklukan kekaisaran Romawi. Bagaimana lagi
kalau orang-orang itu tahu dimana singgasana sang Khalifah berada, tentu akan
terkejut luar biasa. Inikah “raja di raja” umat Islam??? Begitu mungkin mereka
akan bertanya-tanya. Bagaimana dengan Utsman? Beliau adalah orang yang sangat
pemalu, sampai malaikat pun malu terhadap beliau, maka apakah ini tidak cukup
memberikan gambaran akan kelembutan dan kesederhanaan beliau?
Sekali
lagi, subhanallah. Mungkin hanya kalimat inilah yang paling pantas dan
paling agung yang dapat kita panjatkan atas perilaku luar biasa dari para
pemimpin kita tersebut. Maka jangan heran jika ada musuh-musuh Islam sendiri
yang takjub terhadapnya. Seperti, salah seorang sejarawan Kristen Mesir, Jurji
Zeidan yang memiliki komentar menarik. Katanya, “Zaman kholifah-kholifah yang
alim adalah merupakan keemasan Islam. Kholifah-kholifah itu terkenal karena
kesederhanaan, kejujuran, kealiman, dan keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk
Islam, ia memiliki 40.000 dirham, jumlah yang sangat besar waktu itu, akan
tetapi ia habiskan semua, termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan demi
memajukan agama Islam. Ketika wafat, tidaklah ia mempunyai apa-apa kecuali uang
satu dinar. Ia biasa jalan kaki ke rumahnya maupun kantornya. Jarang terlihat
dia menunggang kuda…”
Kesederhanaan..!!
Ternyata, itulah salah satu yang membuat musuh Islam seperti Jurji Zeidan tak
tahan untuk memberikan pujian terhadap Khulafaurrasyidin. Namun tentu saja,
yang perlu kita ingat adalah, bahwa mereka semua tidaklah akan menjadi
orang-orang yang penuh kesederhanaan seperti itu, melainkan karena mereka mau
menapaki jalan yang sama dengan orang yang telah mengajarkan mereka tentang
arti kehidupan ini, Sehingga meraka pun dengan penuh kebijaksanaan mau
mengenakan jubah kesederhanaan layaknya guru mereka. Jadi di sini,
ba’dallohi ta’ala, sang gurulah yang telah berjasa besar menuntun langkah
mereka, dan sudah selayaknya bagi kita untuk mengetahui siap guru mereka itu
dan kesederhanaan seperti apa yang telah diajarkan olehnya sehingga membuat
murid-muridnya menjadi manusia-manusia yang begitu luar biasa, baik di mata
kawan maupun lawan.
Nah…,
tentu saja kita sudah dapat menebak, siapakah guru mereka itu.. Guru yang tidak
hanya berbicara di depan murid-muridnya, mengumbar teori-teori atau segudang
rumusan tanpa mampu dan mau memberikan contoh dalam kehidupan yang nyata.
Bukan..!! Tetapi seorang guru yang mampu dan mau mengajarkan, mengungkap
teori-toeri dan sekaligus memberikan aplikasi dari setiap petuah yang telah
disampaikannya. Ya, dia adalah Muhammad ibnu Abdillah, hamba sekaligus
Rasul-Nya yang mulia.
Ah…,
bahkan bukan hanya para sahabat, atau kaum Muslimin secara umumnya, banyak
sudah orang-orang di luar Islam, termasuk juga para tokohnya, yang dengan
ketulusan hati mengakui akan keagungan, kebijaksanaan, serta kesederhanaan
hidup Rasulullah .
Ya..!!
Itulah dia Rasulullah wahai saudaraku..!
Diambil
dari: hasmi.org
0 comments:
Post a Comment